Bayi Anda mungkin sudah mendapatkan imunisai lengkap. Namun, itu saja belum cukup untuk melindungi kekebalan tubuhnya dari penyakit. Oleh karenanya, ada beberapa jenis imunisasi dasar yang wajib diulang (booster) ketika si kecil menginjak usia balita dan anak-anak. Apa sajakah itu?
“Anak saya sudah menjalankan program Lima Imunisasi Lengkap (LIL), tapi kenapa harus diulang lagi ya?”. Pertanyaan semacam itu kerap diajukan oleh para ibu, sebab mereka menganggap bahwa setelah berusia satu tahun, si kecil sudah tidak perlu diimunisasi kembali dan terbebas dari ancaman penyakit. Padahal, ada beberapa jenis vaksin yang harus diulang ketika si kecil berusia batita dan balita.
Menurut Dr. Ayu Pratiwi, Sp.A. MARS, spesialis anak dari RSIA Bunda Mentang, imunisasi ulangan atau penguat atau booster wajib diberikan setelah si kecil mendapatkan lima imunisasi lengkap. “Imunisasi ulangan ini dilakukan agar kadar perlindungan vaksin terhadap serangan penyakit tetap terjaga,” ujar Dr. Ayu. Pada dasarnya, imunisasi bertujuan untuk memberikan antibodi bagi tubuh anak, sehingga kadar antibodi akan meningkat. Namun, suatu saat antibodi tersebut akan turun lagi atau hampir habis. Di saat-saat inilah, tubuh si kecil membutuhkan asupan vaksin melalui imunisasi ulangan untuk menaikkan kembali kadar antibodinya.
JENIS IMUNISASI ULANGAN
Sebelum menyebutkan jenis-jenis vaksin yang diulang, Anda perlu mengetahui bahwa Ikatan Dokter Anak Indonesia telah membagi imunisasi ke dalam dua kelompok, yaitu imunisasi wajib dan imunisasi yang dianjurkan. Semua jenis vaksin wajib ini sudah diproduksi di Indonesia, sehingga harga yang ditawarkan pun sangat terjangkau di Posyandu, Puskesmas, RSUD, dan RS Umum Pusat. Sedangkan kelompok imunisasi anjuran, harga yang ditawarkan masih cukup mahal, karena kelompok vaksin ini belum sanggup diproduksi oleh pemerintah dan masih diimpor dari negara asalnya.
Untuk kelompok imunisasi wajib, jenis yang harus diulang adalah DPT, Campak, dan Polio.
1.DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
Pengulangan vaksin DPT dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu usia 18 bulan, 5 tahun dan 10 tahun. Namun, saat pengulangan di usia 10 tahun, vaksin yang diberikan hanya DT saja. “Penyakit Pertusis biasanya menyerang anak di usia balita, sehingga bila si anak sudah berusia di atas 5 tahun, vaksin Pertusis sudah tidak perlu diberikan lagi,” kata dr. Ayu.
2.Campak
Vaksin ini diulang dalam bentuk imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella). Ulangan pertama diberikan pada rentan usia 15-24 bulan, dan ulangan yang kedua saat berusia 4-6 tahun. Imunisasi MMR ini berguna untuk melindungi anak dari radang paru (pneumonia), radang otak, infeksi telinga, dan kejang-kejang.
3.Polio
Pada imunisasi ini, pengulangan dilakukan sebanyak dua kali, pertama saat si kecil berusia 18 bulan dan kedua divaksin kembali pada rentang usia 4-6 tahun.
Pada kelompok imunisasi yang dianjurkan, ada beberapa pula yang disarankan untuk diulang, yakni Hemofilus Influenza Tipe B (Hib), Influenza, Pneumokokus, Tifoid dan hepatitis A.
Vaksin Hib dilakukan pengulangan sekali saja saat si kecil berusia 12-18 bulan. Sedangkan untuk vaksin Influenza, pengulangan dilakukan setiap tahun hingga si kecil berusia 8 tahun. Vaksin Pneumokokus bisa diulang pada interval usia 12-15 bulan. Sementara untuk penyuntikan vaksin Hepatitis A mulai dilakukan setelah si kecil berusia 2 tahun dan kembali diulang dengan interval waktu 6-12 bulan setelah penyuntikan pertama. Sama halnya dengan Hepatitis A, penyuntikan pertama vaksin Tifoid dilakukan setelah si kecil menginjak usia 2 tahun. Vaksin kembali diberikan dengan rentang waktu 3 tahun setelah penyuntikan awal dan terus dilakukan setiap 3 tahun sekali.
PENTINGNYA JADWAL IMUNISASI
Tak kalah pentingnya dengan imunisasi dasar, imunisasi ulangan ini sedapat mungkin diperoleh si kecil setelah berusia 1 tahun. Untuk itu, biasanya dalam kartu Menuju Sehat (KMS) atau kartu pemeriksaan dokter anak, dilampirkan jadwal imunisasi secara lengkap, yang dasar dan ulangan. Pemberian jadwal imunisasi bertujuan untuk memastikan kunjungan imunisasi si kecil tepat waktu dan menghindari imunisasi ganda.
Lengahnya ibu dari buku jadwal imunisasi, biasanya akan terjadi keterlambatan waktu imunisasi. Hal ini akan mempengaruhi kadar proteksi yang semakin rendah di dalam tubuh terhadap ancaman virus ataupun bakteri. Namun, bila Anda sudah terlanjur melewatkan jadwal imunisasi ulangan yang seharusnya, si kecil harus tetap mendapatkannya. Tetapi Dr. Ayu belum bisa memastikan batas waktu keterlambatan yang masih bisa ditoleransi. “Biarpun terlambat, lanjutkan saja vaksin ulangan wajib sesuai dengan urutan dan usahakan untuk tidak lalai lagi pada waktu imunisasi selanjutnya,” kata dokter yang baru saja meluncurkan situs pribadinya, www.klinikdrtiwi.com.
Penggunaan buku dengan jadwal imunisasi lengkap juga menghindari Anda dari terjadinya imunisasi ganda. Meskipun begitu, menurut Prof. Dr. Sri Rezeki H. Hadinegoro, Sp.A(K), yang dikutip dari situs IDAI, imunisasi ganda termasuk kasus yang jarang terjadi. Bilapun terjadi, yang penting interval waktu antara imunisasi pertama dan kedua tidak terlalu dekat, misalnya satu minggu. Namun, Sri tetap menganjurkan agar pelaksanaan imunisasi sesuai dengan jadwal dan sebisa mungkin menghindari si kecil dari terjadinya imunisasi ganda. Untuk itu, simpanlah baik-baik buku jadwal imunisasi lengkap dan bawalah saat si kecil divaksinas iagar Anda mengetahui dengan benar waktu pelaksanaannya. Selain itu, kadar kekebalan di dalam tubuh si kecil pun akan semakin meningkat dan menjauhkannya dari serangan penyakit berbahaya.
(Copied from www.motherandbaby.co.id)
tks infonya
BalasHapusKalau imunisasi lanjutan telat kurang lebih 1-2 minggu dikarenakan saat itu kondiai anak sedang tdk sehat,apakah masih bisa dilakukan?
BalasHapusKalau imunisasi lanjutan telat kurang lebih 1-2 minggu dikarenakan saat itu kondiai anak sedang tdk sehat,apakah masih bisa dilakukan?
BalasHapusMaaf mau tanya, apakah dg banyaknya vaksin ke dalam tubuh anak tdk ada efek sampingx? Krn kebetulan sy punya temen kebetulan dia seorg perawat dan melakukan vaksin untuk dirinya takut kenak tular px, tp dia langsung meninggal setelah beberapa hr dari setelh d suntik itu,ternyata setelah d visum, ternyata krn dia tarlalu banyak menyuntikan vaksin k dlm tubuhnya, (bakteri yang seharusx melindungi dia dr bakteri jahat malah menyerang tubuh dia sendiri) skr malah sy sbg ibu takut untuk imunisasi lanjutan dok! Mohon penjelasannya!trims
BalasHapus