Jumat, 18 Maret 2011

FAKTA MENAKJUBKAN BAYI

Selalu menarik untuk mengetahui hal-hal luar biasa yang terjadi pada si kecil, sejak masih dalam kandungan, dilahirkan sampai akhirnya tumbuh semakin besar. Apa saja fakta menarik tentang bayi?
 
1.Bayi mengalami perkembangan yang luar biasa. Selama sembilan bulan, dimulai dari awal kehamilan sampai dilahirkan, berat badan bayi (rata-rata) bertambah 3000 juta kali.
 
2.Bayi yang baru dilahirkan, memiliki lebih banyak tulang dibanding orang dewasa. Mereka memiliki 300 tulang sementara orang dewasa hanya memiliki 206 tulang.
 
3.Bayi baru lahir bisa mendengar sebaik orang dewasa. Coba perhatikan si kecil, betapa mudahnya mereka terkejut saat mendengar bunyi apapun. Bukan karena suara itu terlalu keras atau lembut, tetapi karena semua itu adalah hal baru bagi mereka.
 
4.Bayi yang baru lahir juga memiliki penglihatan sebaik orang dewasa. Jarak pandang paling awal dan terbaik bagi bayi untuk memproses informasi mengenai objek yang dilihatnya adalah 8-15 inci.
 
5.Bayi dilahirkan tanpa tempurung lutut. Mereka hanya memiliki struktur tulang rawan yang menyerupai tempurung lutut. Tempurung lutut akan terbentuk sempurna setelah usia bayi enam bulan, yaitu saat ia siap untuk belajar merangkak.
 
6.Bayi tidak bisa mengeluarkan air mata, setidaknya sampai usianya tiga minggu.
 
7.Sejak dalam kandungan, bayi sudah bisa menghisap jempolnya sebagai objek yang menenangkan.
 
8.Ibuku nomor satu! Bayi sudah dapat mengenali suara dan bau Ibu sejak ia baru dilahirkan.
(Karina/babycenter.com/Getty Images)
(Copied From:www.motherandbaby.co.id)


Rabu, 16 Maret 2011

PENTINGNYA PEMERIKSAAN PADA NEWBORN

Tidak selalu pemeriksaan rutin pada bulan-bulan awal usia bayi membawa kabar baik. Terkadang, dokter menemukan ada masalah kecil pada si kecil. Berbahayakah masalah-masalah ini?

Untuk memantau dan mengetahui bahwa si kecil tumbuh sesuai dengan milestones-nya, diperlukan pemeriksaan rutin yang biasanya dilakukan hampir setiap bulan. Namun, terkadang hasil pemeriksaan membuat Anda khawatir karena ditemukannya masalah-masalah kecil pada tubuh si kecil. Anda tidak perlu khawatir karena biasanya masalah-masalah ini akan hilang seiring dengan pertumbuhan anak. Berikut beberapa masalah yang kerap ditemukan oleh dokter anak saat pemeriksaan rutin;

Bunyi Desiran pada Jantung

Bayi baru lahir memang cenderung mempunyai detak jantung yang lebih cepat dibanding manusia pada umumnya. Jantung mereka biasanya berdetak sebanyak 130 – 150 kali dalam semenit. Terkadang, detak jantung yang cepat ini diiringi oleh bunyi desiran. Tidak perlu khawatir, Andrea McCoy, M.D., ketua peneliti medis dari Jeanes Hospital, Philadelphia, Amerika Serikat, dalam situs www.parenting.com menyebutkan bahwa kasus seperti ini wajar terjadi pada bayi baru lahir dan sama sekali tidak berbahaya. Apa penyebab bunyi desiran pada jantung ini? Dr. McCoy menyebutkan bahwa penyebabnya adalah ventricular septal defect (VSD), yaitu kondisi dimana terdapat lubang kecil pada dinding jantung yang memisahkan bilik-bilik besar jantung. Kondisi ini tidak berbahaya, karena seiring pertumbuhan si kecil, VSD akan menutup dengan sendirinya. Yang diperlukan hanyalah pemantauan yang reguler terhadap perkembangan organ jantung anak. Namun, Anda perlu waspada jika bunyi desiran itu diikuti dengan gejala lain, seperti, berat badan tidak naik, biru pada kulit saat bayi menangis, dan bayi sulit minum susu.

Berat Badan Tidak Naik
Walaupun berat badan bayi biasanya bertambah dua kali lipat dari berat badan lahir pada usia empat bulan, dan bertambah tiga kali lipat pada usia satu tahun, ada beberapa anak yang tidak mengalaminya. Dr. McCoy menyebutkan bahwa, penyimpangan dari kurva pertumbuhan pada bayi baru lahir biasanya disebabkan oleh faktor-faktor sederhana dan bisa diatasi, seperti:
1.Genetika
Faktor genetik biasanya menjadi salah satu faktor mengapa seorang anak tidak bisa bertambah berat badannya sesuai usianya. Pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter anak untuk mendapatkan solusi yang terbaik bagi pertumbuhan dan perkemban gan si kecil.

2.Gastroesophageal Reflux
Arti sederhana dari Gastroesophageal Reflux (GER) adalah kondisi dimana si kecil memuntahkan dalam jumlah besar makanan atau ASI yang sudah dikonsumsinya, jadi ia tidak mendapat kalori yang dibutuhkan. Beberapa penyebabnya adalah; pertama, otot antara kerongkongan dan perut pada bayi baru lahir, belum terbentuk sempurna, dan kedua, bayi baru lahir menghabiskan banyak waktunya dalam posisi tidur atau horizontal. Posisi seperti ini memudahkan makanan dan ASI untuk keluar kembali.

Saat si kecil berusia enam bulan, otot ini akan menguat, dan biasanya GER akan hilang (walaupun beberapa anak masih mengalami GER di atas usia sembilan bulan). Untuk mengatasi GER, Anda sebaiknya selalu menyedawakan si kecil secara reguler, menggendongnya dalam posisi vertikal selama 20 menit sehabis makan atau minum ASI, dan memberikan porsi makan dalam jumlah kecil terlebih dahulu.

Hip Dyslapsia
Hip dyslapsia adalah istilah medis untuk menggambarkan masalah pada sambungan tulang pinggul pada anak-anak. Jonathan Cluett, M.D., dari www.orthopedics.about.com menyebutkan bahwa hip dyslapsia biasanya terjadi pada 4 dari 1.000 jumlah kelahiran, dan biasanya terjadi pada bayi perempuan. Beberapa faktor risiko yang biasanya menyebabkan seorang anak mengalami hip dyslapsia adalah:

1.Anak yang memiliki sejarah keturunan hip dyslapsia.
2.Anak yang lahir dengan posisi sungsang.
3.Oligohydraminos (kurangnya cairan ketika dalam kandungan)

David Roye, Jr., M.D., ketua dokter bedah anak dari Morgan Stanley Children's Hospital of New York Presbyterian menyebutkan bahwa apabila tidak diperiksa secara teliti, hip dyslapsia tidak akan disadari oleh penderita hingga usia 50 tahun, ketika mulai mengalami nyeri di bagian pinggul.
David Roye menambahkan bahwa hip dyslapsia benar-benar bisa diatasi, asal diketahui sejak dini. Apabila kelainan ini ditemukan sebelum usia tiga bulan, maka faktor kesembuhannya adalah 95%. Bayi dengan hip dyslapsia yang berusia di bawah enam bulan akan dirawat menggunakan alat bantu penyokong pinggul selama 6-12 minggu. Untuk beberapa kasus hip dyslapsia pada bayi yang berusia lebih dari enam bulan, biasanya dirawat menggunakan gips, dan untuk balita, terkadang diperlukan operasi.

Mata Berseberangan
Bayi baru lahir terkadang memiliki mata yang berseberangan (crossed eyes), yaitu arah pandangan yang berbeda antara mata kanan dan mata kiri. Berbeda dengan mata juling (strabismus) yang merupakan kelainan bawaan lahir, crossed eyes wajar terjadi pada bayi baru lahir karena belum sempurnanya perkembangan dan fungsi dari otot organ mata. Belum sempurnanya kerja otot ini menyebabkan gerak antara mata kanan dan kiri tidak serempak. Saat usianya menginjak tiga atau empat bulan, kedua matanya akan mampu bergerak bersamaan. Apabila si kecil sudah berusia enam sampai sembilan bulan, namun kedua matanya masih tampak berseberangan, Anda sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter untuk pengobatan yang lebih lanjut.

Alat Kelamin Bengkak
Banyak orang tua yang merasa khawatir saat melihat sang buah hati yang baru berusia beberapa hari memiliki alat kelamin yang merah dan membengkak. David Geller, dokter anak dari situs www.babycenter.com menyebutkan bahwa kondisi ini wajar dialami oleh bayi baru lahir. Para bayi lahir dengan kelebihan cairan dalam tubuhnya, dan akan mereka buang pada hari-hari pertama kehidupannya, melalui air seni atau keringat. Kelebihan cairan dalam tubuh bayi cenderung berkumpul pada daerah-daerah tertentu, terutama wajah dan alat kelamin. Penyebab lain bengkaknya alat kelamin pada bayi baru lahir adalah berlebihnya jumlah hormon dari sang ibu yang didapat bayi sebelum persalinan. Kondisi seperti ini dikenal dengan istilah hydrocele, yang biasanya akan hilang seiring pertumbuhan anak, saat ia mendekati usia satu tahun.

Kaki Melengkung
David Geller, dokter anak di situs www.babycenter.com, menyebutkan bahwa kebanyakan bayi lahir dengan kondisi kaki yang melengkung. Ini disebabkan oleh posisi bayi dalam rahim selama kehamilan. Saat ia mulai berjalan, pada usia sekitar 9-17 bulan, tulang-tulang kakinya akan mulai berubah karena mereka mulai dibutuhkan untuk menyokong berat badan si kecil. David mengatakan biasanya setelah enam bulan berjalan, si kecil akan mempunyai bentuk kaki yang normal dan lurus. Bentuk kaki melengkung merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan yang biasa dilalui oleh banyak anak. Namun, ada juga beberapa kasus bentuk kaki melengkung yang merupakan indikasi adanya kelainan bentuk kaki. Apabila setelah bisa berjalan, bentuk kaki si kecil tetap melengkung, segeralah berkonsultasi dengan dokter anak Anda. 

(cOPIED FROM:WWW.MOTHERANDBABY.CO.ID)

PENAPISAN TORCH UNTUK MENCEGAH BAYI CACAT

Pakar imunologi terkemuka, Dr. Liliane Grangeot-Keros, dari Universite Paris Sud II, Perancis, melakukan tur keliling negara-negara Asia untuk mempromosikan pentingnya penapisan TORCH pada wanita hamil. Jika tidak terdeteksi, infeksi TORCH mungkin menyebabkan cacat dan kematian pada bayi. Menurut World Health Organization, lebih dari 10,000 bayi baru lahir meninggal setiap hari meskipun penyebabnya bisa dicegah, seperti infeksi TORCH. TORCH (toksoplasma, rubela, cytomegalovirus/CMV dan herpes simplex) adalah sekelompok infeksi yang dapat ditularkan dari wanita hamil kepada bayinya. Bahayanya adalah, infeksi ini biasanya tidak bergejala
sehingga banyak ibu tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi dan berisiko menulari bayinya. Jadi, Grangeot-Keros menyarankan penapisan infeksi TORCH pada trimester pertama kehamilan pada semua wanita, sehingga infeksi bisa diterapi lebih dini serta mengurangi kemungkinan terjadinya cacat atau kematian bayi.

Toksoplasma menyebabkan 5–10% risiko keguguran. Janin yang terinfeksi namun tetap hidup 8–10% berisiko mengalami kerusakan mata atau otak dan 10 – 13% akan mengalami kerusakan penglihatan. Rubela dihubungkan dengan 90% risiko cacat bawaan seperti buta, tuli, penyakit jantung dan keterbelakangan mental. Kebanyakan wanita yang terinfeksi rubella pada trimester pertama akan mengalami keguguran atau bayinya meninggal saat lahir. Sering pula terjadi, bayi lahir prematur dengan berat badan lahir rendah. Sedangkan bila terinfeksi cytomegalovirus dan tetap bertahan hidup, sekitar 10% bayi akan mengalami komplikasi dan 80–90% diantaranya akan memiliki kelainan parah seperti hilangnya pendengaran, kerusakan penglihatan dan berbagai tingkat keterbelakangan mental. Dr. Grangeot-Keros akan memberikan edukasi kepada para dokter dan teknisi laboratorium kesehatan mengenai pentingnya penapisan infeksi TORCH pada semua wanita hamil.
Ia juga akan mengangkat pentingnya vaksinasi untuk melawan infeksi tertentu seperti rubela sebelum kehamilan serta konseling mengenai kebersihan untuk menurunkan risiko toksoplasmosis dan CMV. “Di Indonesia, sekitar 60% wanita terinfeksi TORCH, yang mengakibatkan cacat bawaan atau kematian 7–12 bayi per 1.000 kelahiran setiap tahun. Kami berharap, dengan makin tingginya pemahaman dan kesadaran mengenai bahaya infeksi TORCH, maka dokter akan mendorong para wanita yang sedang hamil atau berencana untuk hamil agar melakukan penapisan TORCH untuk membantu menurunkan angka fatalitas dan kelainan pada bayi,” kata Dr. Yuditia Purwosunu, SpOG (K), dokter dari Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dalam acara edukasi media mengenai penapisan TORCH yang diadakan oleh Roche.(Copide from:www.motherandbaby.co.id)

TENANG DENGAN TERAPI MUSIK

Sebuah talkshow menarik bertema Music Therapy Membantu Memaksimalkan Perkembangan Otak dan Syaraf digelar beberapa waktu lalu bersama Prof. Tjut Nyak Deviana Daudsjah, A.Mus.D, Ketua Lembaga Sertifikasi Kompentensi Musik Nasional, Dr. Mira Sylvina Amri, Sp.B, dan Dian Natalina, terapis musik dari Tirtayu Healing Center. Menurut Prof. Tjut Nyak Deviana, setiap nada memiliki kekuatan penyembuhan yang dihubungkan dengan cakra yang ada dalam tubuh manusia. Senada dengan Prof. Tjuk Nyak Deviana, Dian mengatakan bahwa musik sebagai pengantar untuk penyembuhan telah dikenal sejak zaman purbakala melalui tarian maupun berbagai alat musik. Namun seorang terapis musik harus memiliki kepekaan dalam memilih jenis musik dan lagu yang akan digunakan dalam berbagai terapi. Ada dua jenis pendekatan yang digunakan dalam terapi musik yaitu :
1.Creative/ aktif : terapi musik ini melibatkan pasien/ klien dengan improvisasi seperti tarian, bernyanyi, dan lain-lain.
2.Receptive/ pasif : terapi musik yang tidak melibatkan pasien, bertujuan untuk membuat pasien rileks atau tenang. Sementara itu, Dr. Mira menjelaskan mengenai bagaimana musik telah menjadi supportive treatment untuk berbagai kondisi seperti kehamilan, stroke, hingga autisme. Pada kehamilan, manfaat terapi musik adalah mengurangi stres atau depresi, meningkatkan bonding dengan janin, gerakan bayi dalam rahim ibu akan meningkatkan intake oksigen, dan dapat menolong saat persalinan karena musik dapat membantu menurunkan nyeri dan stres.
Pada pasien stroke, terapi musik dapat membantu meningkatkan pemulihan kemampuan berbicara dan meningkatkan kemampuan motorik. Sedangkan manfaat terapi musik pada anak-anak autisme adalah meningkatkan perkembangan sosio emosional, memperbaiki masalah verbal dan non verbal serta memberikan pemenuhan kebutuhan emosional. Nah, bagaimana, apakah Anda tertarik untuk mencobanya? (Copied from:www.motherandbaby.co.id)

BAHASA BAYI ALA DUNSTAN BABY LANGUAGE

Banyak ibu percaya bahwa tangis bayi merupakan cara mereka mengungkapkan sesuatu. Namun bagi para ibu baru, memahami arti tangisan sang buah hati, bisa menjadi sangat sulit. Adakah cara untuk memahami bahasa si kecil ini? Dunstan Baby Language
Dunstan Baby Language (DBL) adalah suatu sistem yang mempelajari arti tangisan bayi usia 0-3 bulan. Sistem ini meliputi pengenalan akan lima “bahasa tangisan” yang digunakan para bayi sejak dilahirkan, yaitu bahasa untuk menyampaikan kebutuhan akan: rasa lapar, mengantuk, sendawa, rasa tidak nyaman, dan nyeri di perutnya.
Dr Adhiatma Gunawan, perintis DBL di Indonesia, menyebutkan bahwa seorang bayi mempunyai refleks primitif yang dimiliki sejak dilahirkan. Refleks ini bersifat universal dan lambat laun akan menghilang seiring dengan berkembangnya kemampuan untuk beradaptasi. “DBL berlaku pada bayi hingga usia tiga bulan. Karena setelah usia tersebut, bayi akan mengembangkan kemampuan berkomunikasinya sendiri dengan bantuan orang tua dan lingkungan,” tambahnya.

Bagaimana sejarahnya?
DBL ditemukan oleh Priscllla Dunstan, musisi asal Australia, yang berbakat untuk mengingat semua jenis suara atau yang dikenal dengan istilah sound photograph. Ketika Priscllla menjadi seorang ibu, ia menyadari, ternyata bayinya berusaha untuk berkomunikasi melalui suatu bahasa. Setelah delapan tahun meneliti dan mengumpulkan bayi-bayi dari berbagai negara, suku bangsa, dan bahasa, akhirnya, ia menemukan suatu bahasa yang sama yang digunakan para bayi ini untuk berkomunikasi, yaitu DBL. Ada lima bahasa bayi versi DBL, yaitu:
1. “Neh” = lapar
Ketika lapar, bayi akan mengeluarkan suara “neh”. “Neh” dinyatakan sebagai bunyi yang dihasilkan ketika bayi mengecap untuk menghisap puting ibu. Kenali suara “neh” ini dengan mendengar sisipan huruf N pada tangisannya.
Selain mengeluarkan bunyi 'neh', menurut teori DBL, bayi yang lapar biasanya:
- Menggerakan lidah ke langit-langit mulut (mengecap)
- Menghisap jari atau kepala tangannya
- Menjilati bibirnya
Menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan. \

2. “Owh” = lelah
Suara “owh” mengindikasikan si kecil sudah mulai lelah dan mengantuk. “Owh” pada dasarnya merupakan bunyi yang dihasilkan ketika menguap. Tetapi, “owh” ini tidak selalu dibarengi dengan kuapan, bisa juga dengan tanda-tanda seperti:
- Si kecil mulai bergerak gelisah
- Mengusap-usap mata dan menggaruki/menarik telinganya
- Mulai menggeliat dan melengkungkan tubuhnya.
Namun, tanda-tanda ini biasanya didahului dengan bunyi 'owh'.

3. “Eh” = ingin sendawa
Tangisan “eh” terjadi ketika dada si kecil bekerja keras mengeluarkan angin yang masuk ke dalamnya. Biasanya, frekuensi tangisan 'eh' yang diucapkan lebih cepat dan pendek karena si kecil berusaha untuk sendawa. Penting bagi ibu untuk menyendawakan si kecil begitu bunyi 'eh' terdengar, karena dapat menghindari angin turun ke perut dan menyebabkan kolik serta menghindari bayi memuntahkan susunya kembali. Tanda-tanda lain saat si kecil perlu sendawa adalah:
- Dada yang mengencang
Gerakan menggeliat ketika diletakkan di tempat tidur
Berhenti minum susu dan mulai gelisah

4. “Eairh” = Angin di perut
Jika si kecil sering menangis dengan keras dan nampak kesakitan, ibu mungkin akan mendengar bunyi 'eairh'. Tangis 'eairh' terjadi karena adanya gas dan angin di perut si kecil yang menyebabkan rasa sakit (kolik). Tanda-tanda lain yang dibarengi dengan bunyi 'eairh' adalah:
- Kaki yang mengejang dan ditarik ke perut
- Tubuh si kecil yang menjadi kaku
- Jerit tangisan yang merintih kesakitan
Bila tangisan 'eairh' terdengar, segeralah telungkupkan si kecil lalu usap punggungnya. Ibu pun bisa memijat lembut perutnya untuk mengeluarkan angin. Udara 'eairh' akan lebih sulit dikeluarkan, jadi akan lebih baik jika ibu segera menyendawakan si kecil saat terdengar bunyi 'eh', untuk mencegah udara turun ke perut.

5. “Heh” = tidak nyaman
Salah satu alasan mengapa bayi rewel adalah karena ia merasa tidak nyaman, bisa karena popoknya basah, udara yang terlalu panas atau dingin, atau hal lainnya. Tangisan 'heh' biasanya terengah-engah (seperti membuang udara) dan ada penekanan pada huruf H diawal katanya. Bila ibu mendengar tangisan 'heh' ini segeralah memeriksa kondisi si kecil, apa yang membuatnya tidak nyaman, seperti kepanasan, kedinginan, atau popok yang kotor dan harus diganti.

Anda bisa memelajari Dunstan Baby Language melalui:
1.Workshop di berbagai kota besar di Indonesia. Untuk jadwal workshop-nya bisa dilihat di www.bahasabayi.com
2.Kelas belajar bahasa bayi ala Dusntan Baby Language. Info selanjutnya dapat menghubungi dr Adhiatma Gunawan di adhiatma@mommeworld.com, twitter @adhiatma, @mommeworld dan www.mommeworld.com
3.DVD Dunstan Baby Language

Stop, Look, and Listen!

Apabila mendengar si kecil menangis, seorang ibu biasanya menjadi panik lebih dulu, sehingga tidak bisa bertindak dengan tepat. Dr Adhiatma menyarankan para ibu untuk melakukan “Stop, Look and Listen!”, jangan panik dan mulai melihat mimik si kecil seraya mendengarkan bunyi tangisannya.
Yang harus ibu lakukan saat bayi menangis:
1. Bertindak atas kata yang dominan terdengar. Si kecil bisa saja mengucapkan dua kata yang berbeda. Misalnya, bayi yang biasa ditidurkan dengan cara disusui, apabila mengantuk, akan mengeluarkan bunyi 'owh” dan 'neh'. Namun suara 'owh' lebih mendominasi.
2. Dengarkan bunyi spesifik dari setiap katanya. Ubahlah posisi bayi apabila Anda tidak dapat mendengar dengan baik.

(Copied From:www.motherandbaby.co.id)

PENTINGNYA IMUNISASI LANJUTAN

Bayi Anda mungkin sudah mendapatkan imunisai lengkap. Namun, itu saja belum cukup untuk melindungi kekebalan tubuhnya dari penyakit. Oleh karenanya, ada beberapa jenis imunisasi dasar yang wajib diulang (booster) ketika si kecil menginjak usia balita dan anak-anak. Apa sajakah itu?

“Anak saya sudah menjalankan program Lima Imunisasi Lengkap (LIL), tapi kenapa harus diulang lagi ya?”. Pertanyaan semacam itu kerap diajukan oleh para ibu, sebab mereka menganggap bahwa setelah berusia satu tahun, si kecil sudah tidak perlu diimunisasi kembali dan terbebas dari ancaman penyakit. Padahal, ada beberapa jenis vaksin yang harus diulang ketika si kecil berusia batita dan balita.
Menurut Dr. Ayu Pratiwi, Sp.A. MARS, spesialis anak dari RSIA Bunda Mentang, imunisasi ulangan atau penguat atau booster wajib diberikan setelah si kecil mendapatkan lima imunisasi lengkap. “Imunisasi ulangan ini dilakukan agar kadar perlindungan vaksin terhadap serangan penyakit tetap terjaga,” ujar Dr. Ayu. Pada dasarnya, imunisasi bertujuan untuk memberikan antibodi bagi tubuh anak, sehingga kadar antibodi akan meningkat. Namun, suatu saat antibodi tersebut akan turun lagi atau hampir habis. Di saat-saat inilah, tubuh si kecil membutuhkan asupan vaksin melalui imunisasi ulangan untuk menaikkan kembali kadar antibodinya.

JENIS IMUNISASI ULANGAN
Sebelum menyebutkan jenis-jenis vaksin yang diulang, Anda perlu mengetahui bahwa Ikatan Dokter Anak Indonesia telah membagi imunisasi ke dalam dua kelompok, yaitu imunisasi wajib dan imunisasi yang dianjurkan. Semua jenis vaksin wajib ini sudah diproduksi di Indonesia, sehingga harga yang ditawarkan pun sangat terjangkau di Posyandu, Puskesmas, RSUD, dan RS Umum Pusat. Sedangkan kelompok imunisasi anjuran, harga yang ditawarkan masih cukup mahal, karena kelompok vaksin ini belum sanggup diproduksi oleh pemerintah dan masih diimpor dari negara asalnya.
Untuk kelompok imunisasi wajib, jenis yang harus diulang adalah DPT, Campak, dan Polio.
1.DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
Pengulangan vaksin DPT dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu usia 18 bulan, 5 tahun dan 10 tahun. Namun, saat pengulangan di usia 10 tahun, vaksin yang diberikan hanya DT saja. “Penyakit Pertusis biasanya menyerang anak di usia balita, sehingga bila si anak sudah berusia di atas 5 tahun, vaksin Pertusis sudah tidak perlu diberikan lagi,” kata dr. Ayu.
2.Campak
Vaksin ini diulang dalam bentuk imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella). Ulangan pertama diberikan pada rentan usia 15-24 bulan, dan ulangan yang kedua saat berusia 4-6 tahun. Imunisasi MMR ini berguna untuk melindungi anak dari radang paru (pneumonia), radang otak, infeksi telinga, dan kejang-kejang.
3.Polio
Pada imunisasi ini, pengulangan dilakukan sebanyak dua kali, pertama saat si kecil berusia 18 bulan dan kedua divaksin kembali pada rentang usia 4-6 tahun.

Pada kelompok imunisasi yang dianjurkan, ada beberapa pula yang disarankan untuk diulang, yakni Hemofilus Influenza Tipe B (Hib), Influenza, Pneumokokus, Tifoid dan hepatitis A.
Vaksin Hib dilakukan pengulangan sekali saja saat si kecil berusia 12-18 bulan. Sedangkan untuk vaksin Influenza, pengulangan dilakukan setiap tahun hingga si kecil berusia 8 tahun. Vaksin Pneumokokus bisa diulang pada interval usia 12-15 bulan. Sementara untuk penyuntikan vaksin Hepatitis A mulai dilakukan setelah si kecil berusia 2 tahun dan kembali diulang dengan interval waktu 6-12 bulan setelah penyuntikan pertama. Sama halnya dengan Hepatitis A, penyuntikan pertama vaksin Tifoid dilakukan setelah si kecil menginjak usia 2 tahun. Vaksin kembali diberikan dengan rentang waktu 3 tahun setelah penyuntikan awal dan terus dilakukan setiap 3 tahun sekali.

PENTINGNYA JADWAL IMUNISASI
Tak kalah pentingnya dengan imunisasi dasar, imunisasi ulangan ini sedapat mungkin diperoleh si kecil setelah berusia 1 tahun. Untuk itu, biasanya dalam kartu Menuju Sehat (KMS) atau kartu pemeriksaan dokter anak, dilampirkan jadwal imunisasi secara lengkap, yang dasar dan ulangan. Pemberian jadwal imunisasi bertujuan untuk memastikan kunjungan imunisasi si kecil tepat waktu dan menghindari imunisasi ganda.
Lengahnya ibu dari buku jadwal imunisasi, biasanya akan terjadi keterlambatan waktu imunisasi. Hal ini akan mempengaruhi kadar proteksi yang semakin rendah di dalam tubuh terhadap ancaman virus ataupun bakteri. Namun, bila Anda sudah terlanjur melewatkan jadwal imunisasi ulangan yang seharusnya, si kecil harus tetap mendapatkannya. Tetapi Dr. Ayu belum bisa memastikan batas waktu keterlambatan yang masih bisa ditoleransi. “Biarpun terlambat, lanjutkan saja vaksin ulangan wajib sesuai dengan urutan dan usahakan untuk tidak lalai lagi pada waktu imunisasi selanjutnya,” kata dokter yang baru saja meluncurkan situs pribadinya, www.klinikdrtiwi.com.
Penggunaan buku dengan jadwal imunisasi lengkap juga menghindari Anda dari terjadinya imunisasi ganda. Meskipun begitu, menurut Prof. Dr. Sri Rezeki H. Hadinegoro, Sp.A(K), yang dikutip dari situs IDAI, imunisasi ganda termasuk kasus yang jarang terjadi. Bilapun terjadi, yang penting interval waktu antara imunisasi pertama dan kedua tidak terlalu dekat, misalnya satu minggu. Namun, Sri tetap menganjurkan agar pelaksanaan imunisasi sesuai dengan jadwal dan sebisa mungkin menghindari si kecil dari terjadinya imunisasi ganda. Untuk itu, simpanlah baik-baik buku jadwal imunisasi lengkap dan bawalah saat si kecil divaksinas iagar Anda mengetahui dengan benar waktu pelaksanaannya. Selain itu, kadar kekebalan di dalam tubuh si kecil pun akan semakin meningkat dan menjauhkannya dari serangan penyakit berbahaya.

(Copied from www.motherandbaby.co.id) 

TAHAP PERKEMBANGAN BAYI

Memori berkembang secara bertahap sesuai dengan umur seseorang. Perkembangan memori bertahap itu, ada hubungannya dengan perkembangan otak. Asal Anda tahu, otak si kecil berkembang pesat di lima tahun pertama kehidupannya, di masa itulah, ia perlu mendapat stimulasi daya ingat agar keseluruhan perkembangannya sempurna. Demikian perkembangannya: Mengenali orang tua
Menurut Heather Turgeon dalam artikelnya, Momento: What Do Children Remember and What They Forget, di usia 10 hari, seorang bayi dapat mengingat bau tubuh ibunya. Sebuah penelitian juga menemukan bahwa sejak lahir, bayi sudah dapat mengenali wajah ibunya. Lalu di usia empat bulan, si kecil dapat mengenali pengasuhnya di tengah ke rumunan orang.

Mengingat urutan kejadian
Di usia dua bulan, bayi dapat mengingat kejadian yang terjadi satu atau dua hari sebelumnya. Si enam bulan, akan ingat kejadian dua minggu lalu, dan si tujuh bulan akan ingat urutan kejadian sederhana, misalnya cara mengeluarkan bunyi mainannya, dan apa yang akan ia kerjakan setelah ia selesai dimandikan.

Membahasakan ingatan
Turgeon mengatakan bahwa begitu seorang anak mengenal bahasa, kemampuanya untuk menyadari dirinya, mengerti sesuatu peristiwa, dan menjelaskan apa yang ia ingat akan berkembang. Namun, perkembangan untuk menjelaskan ingatan itu baru akan benar-benar berkembang saat si kecil berusia lebih dari 18 bulan.

Mengamati dan mengingat
Di usia delapan bulan, bayi mulai dapat mengingat sesuatu yang ia lihat. Anak usia sembilan bulan, dapat mengoperasikan sebuah mainan setelah Anda menjelaskannya tanpa memberinya kesempatan untuk memegang mainan itu terlebih dahulu dan ia hanya memerhatikan. Di usia 15 bulan, si kecil akan ingat bagaimana memakai sebuah mainan meskipun ia sudah lama tidak memainkannya.

Memori emosional
Bahkan sejak baru dilahirkan, memori emosional sudah bekerja. Bayi akan ingat betapa nyamannya dipeluk dan betapa bahagianya jika Anda tersenyum. Memori emosional akan membantu bayi mengenali emosi dan mengenal dunia dengan lebih baik. (COPIED FROM:WWW.MOTHERANDBABY.CO.ID)