Jumat, 28 Januari 2011

CONTOH ARTIKEL ILMIAH

Pengaruh  Kebijakan Utang, Kepemilikan Institusional, dan Free Cash Flow terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Jakarta Islamic Index


Latifu Eki Hardiana
Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang


ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow terhadap kebijakan dividen. Serta pengaruh ketiganya secara bersama-sama. Populasi pada penelirian ini, yaitu perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purpose sampling, yaitu perusahaan yang listing di JII tahun 2004-2006 dan membagikan dividen selama tiga tahun berturut-turut pada periode tersebut. Data yang digunakan, yaitu data sekunder yang diperoleh dari ICMD. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan kebijakan utang tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan free cash flow berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.

Kata kunci : kebijakan utang, kepemilikan institusional, free cash flow, kebijakan dividen


PENDAHULUAN


Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa akan datang (Matono dan Harjito, 2005:253) rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen dan laba ditahan sebagai sumber pendanaan.
Ketika sebuah perusahaan memperoleh laba bersih (net income) dan tingkat cash flow pada suatu periode tertentu, manajemen dihadapkan pada keputusan pemanfaatan laba tersebut, apakah akan dibagikan sebagai dividen atau ditahan sebagai laba ditahan (retained aernings). Dalam mendesain dan mengimplementasikan kebijakan tersebut, terdapat trade-off yang harus diperhatikan.
Keputusan pembagian dividen merupakan masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan. Manajemen sering mengalami kesulitan untuk memutuskan apakah akan membagikan dividen atau akan menambahkan laba untuk diinvestasikan kepada proyek-proyek yang menguntungkan guna meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Keputusan pembagian dividen perlu mempertimbangkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. Oleh sebab itu, laba tidak seluruhnya dibagikan ke dalam  bentuk dividen, namun perlu disisihkan untuk diinvestasikan kembali pada perusahaan. Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada para investor tergantung pada kebijakan dividen dari masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan.
Sehubungan dengan adanya kebijakan dividen terdapat dua kelompok yang berkentingan, yaitu pihak investor sebagai pemilik perusahaan yang selanjutnya disebut prinsipal dan pihak manajemen sebagai pihak yang diberi kepercayaan oleh investor untuk mengelola perusahaan yang selanjutnya disebut agen. Masalah yang timbul dari hubungan antara prinsipal dan agen, yaitu masalah keagenan (agency problem), sehingga diperlukan agency cost. Agency cost merupakan biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengendalikan tindakan-tindakan manajemen agar sejalan dengan kepentingan pemilik perusahaan.
Nuringsih (2005) menyatakan bahwa perusahaan cenderung memanfaatkan utang bila mengalami keterbatasan laba ditahan. Namun bila penggunaan utang terlalu besar dapat berdampak pada financial distress dan kebangkrutan. Berdasarkan dampak ini, bila perusahaan memiliki utang yang tinggi, maka akan mengurangi pembayaran dividen untuk menghindari transfer kekayaan dari kreditor kepada investor.
Menurut Putri dan Nasir (2006) bahwa dengan jumlah investasi yang tinggi, investor institusional melakukan monitoring yang semakin ketat dan menghalangi perilaku oportunis manajer. Kehadiran kepemilikan institusional memiliki efek substitusi bagi pembayaran dividen untuk mengurangi biaya keagenan.
Penelitian ini juga mencoba memasukkan pengaruh dari variabel aliran kas bebas (free cash flow) terhadap kebijakan dividen. Aliran kas bebas selama ini lebih banyak dipakai untuk membiayai pengeluaran modal, khususnya pada perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Bagi perusahaan yang melakukan pengeluaran modal, aliran kas bebas akan mencerminkan dengan jelas apakah perusahaan masih mempunyai kemampuan di masa depan atau tidak. Hal ini menimbulkan konflik kepentingan antara manajer dan investor. Menurut Hatta (2002:10) tingkat free cash flow yang relatif rendah akan mengurangi biaya agen sehingga kebutuhan dari dividen untuk membayar biaya agen menjadi berkurang.
Penelitian mengenai kebijakan dividen sudah banyak dilakukan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu penyertaan variabel free cash flow yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Variabel free cash flow masih jarang diteliti. Selain itu, sampel perusahaan yang diambil dalam penelitian ini, yaitu perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index periode 2004-2006. Perusahaan yang terdaftar Jakarta Islamic Index merupakan perusahaan-perusahaan yang kegiatan operasionalnya tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Penelitian ini secara teoritis memberikan kontribusi terhadap pengujian agency cost model. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui tingkat keberlakuan model tersebut. Selain itu, bermanfaat untuk menguji konsistensi temuan-temuan penelitian sebelumnya yang terkait. Manfaat bagi peneliti, yaitu memberikan pengalaman secara langsung, sehingga dapat memperluas pengetahuan praktis tentang pengaruh kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow terhadap kebijakan dividen. Penelitian ini juga memberikan manfaat bagi perusahaan, yaitu memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak perusahaan dalam memutuskan untuk melakukan kebijakan dividen, serta sebagai pertimbangan bagi manajer dalam menentukan kebijakan strategi keuangan  khususnya dalam pembagian dividen. Manfaat penelitian ini bagi investor, yaitu untuk mengevaluasi kecenderungan perilaku kebijakan dividen dari manajer.
Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui pengaruh signifikan kebijakan utang terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index. Untuk mengetahui pengaruh signifikan kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index. Untuk mengetahui pengaruh signifikan free cash flow terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar pada dalam Jakarta Islamic Index. Selain itu, untuk mengetahui pengaruh kebijakan utang, kepemilikan institusional, free cash flow secara signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index.


KAJIAN PUSTAKA

Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan merupakan konsekuensi dari pemisahan fungsi kontrol dengan fungsi kepemilikan. Masalah keagenan terjadi karena adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Pemisahan ini terjadi karena pemegang saham yang tersebar melakukan diversifikasi portofolio, mendelegasikan keuangan, dan pengambilan keputusan lain pada manajer perusahaan. Kewenangan mengelola dana pemilik dan pengambilan keputusan perusahaan lainnya (discretion) memungkinkan munculnya konflik kepentingan antara pemegang saham (shareholder) dan manajer perusahaan. Pemegang saham berkepentingan pada diversifikasi risiko sistematik perusahaan, sedangkan manajer mempunyai kecenderungan untuk memenuhi kepentingannya sendiri yang mungkin bertentangan dengan kepentingan pemegang saham (Gunarsih, 2004).
Para manajer seringkali tergoda untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri, dan  bukan memaksimumkan kemakmuran shareholder dalam menjalankan operasi perusahaan. Hal ini akan mengakibatkan munculnya perbedaan kepentingan antara external shareholder dan manajer. Konflik yang disebabkan oleh pemisahan antara kepemilikan dan fungsi pengelolaan dalam teori keuangan disebut konflik keagenan atau agency conflict. Konflik keagenan yang terjadi dalam perusahaan pada hubungan antara: (1) pemegang saham dan manajer, (2) manajer dengan kreditor, (3) manajer, pemegang saham, dan kreditor (Brigham, Gapenski: 1999) dalam Almilia dan Silvi (2006).
Biaya yang timbul atau dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengatasi konflik keagenan disebut biaya keagenan. Pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencairan dana dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan menyebabkan konflik antara manajer dan pemegang saham, sehingga menimbulkan agency cost.
Peningkatan dividen diharapkan dapat mengurangi biaya keagenan. Dividen yang besar menyebabkan rasio laba ditahan akan kecil sehingga perusahaan membutuhkan tambahan dana dari sumber eksternal, seperti emisi saham baru. Pengawasan kinerja menyebabkan manajer bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham sehingga mengurangi biaya yang berkaitan dengan emisi saham baru (floating cost) (Crutchley dan Hansen: 1898) dalam Almilia dan Silvi (2006).
Penggunaan utang diharapkan dapat mengurangi konflik keagenan. Penambahan utang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan saham sehingga mengurangi biaya keagenan ekuitas. Sebagai konsekuensi dari kebijakan ini, perusahaan menghadapi biaya keagenan utang dan risiko kebangkrutan (Crutchley dan Hansen: 1989) dalam Almilia dan Silvi (2006).
Pradessya (2006) menyatakan ada beberapa alternatif untuk mengurangi konflik kepentingan dan biaya keagenan atau agency cost:
1.      Meningkatkan kepemilikan saham   perusahaan oleh manajemen,
2.      Meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih atau dividend payout ratio, dengan demikian akan memperkecil jumlah aliran kas bebas atau free cash flow sehingga manajemen harus mencari sumber dana eksternal untuk pembiayaan investasi
3.      Meningkatkan pendanaan dengan utang.  Peningkatan utang akan menurunkan skala konflik antara pemegang saham dan manajemen.

Teori Kebijakan Dividen
Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan yang lebih baik bagi perusahaan tersebut di satu pihak, namun di pihak lain perusahaan menginginkan dapat membayar dividen kepada pemegang saham.
            Husnan dan Pudjiastuti (1998) mendefinisikan dividen adalah laba yang diperoleh oleh perusahaan dan tersedia bagi pemegang saham. Sedangkan menurut Baridwan (1992:434) dividen adalah pembagian keuntungan kepada pemegang saham Perseroan Terbatas(PT) yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimiliki. Sedangkan menurut Simamora (2004:423) dividen adalah pembagian aktiva perusahaan kepada para pemegang saham perusahaan.
            Dari ketiga pengertian dividen tersebut, dapat ditarik kesimpulan dividen adalah pembagian aktiva atau laba yang diperoleh perusahaan dan dibagikan kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki.
            Pembagian dividen umumnya berdasarkan atas akumulasi laba, yaitu laba ditahan, atau beberapa pos modal lainnya seperti tambahan modal disetor (Kieso, 2002:358)
            Terdapat beberapa jenis dividen, yaitu dividen tunai, dividen properti, dividen skrip, dividen likuidasi, dan dividen saham. Dividen tunai adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk uang tunai, disebut juga dengan dividen kas. Dividen properti adalah dividen dalam bentuk aktiva perusahaan selain kas yang dapat berupa barang dagang, real estate, investasi atau bentuk lainnya yang dirancang oleh dewan direksi. Dividen skrip biasa disebut hutang dalam skrip berarti bahwa perusahaan tidak membayar dividen sekarang tetapi memilih membayarnya pada tanggal di masa depan. Dividen likuidasi adalah dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan, yang menyiratkan bahwa dividen ini merupakan pengembalian dari investasi pemegang saham dan bukan dari laba. Dividen saham adalah pembayaran dividen dalam bentuk saham.
Menurut Martono dan Harjito (2005:253) kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Apabila laba perusahaan yang ditahan dalam jumlah besar, maka laba yang akan dibayarkan sebagi dividen menjadi lebih kecil.
Menurut Sundjaja dan Barliana (2003) terdapat beberapa teori mengenai kebijakan dividen, yaitu teori residu, teori irrelevan, dan teori relevansi.
Teori residu menyatakan bahwa investor lebih menyukai jika perusahaan menahan keuntungan untuk diinvestasikan kembali dibandingkan dengan membagikannya dalam bentuk dividen. Teori residu memnjelaskan bahwa dividen yang dibayarkan oleh perusahaan merupakan sisa setelah dilakukan pembayaran atas kesempatan peluang investasi yang dilakukan.
Pada teori irrelevan, Modigliani dan Miller mengemukakan pendapat bahwa dividend payout ratio (DPR) hanya merupakan bagian kecil dari keputusan pendanaan perusahaan. DPR tidak memengaruhi kekayaan pemegang saham (Martono dan Harjito, 2005:253)
Teori relevansi ini mencoba membantah pendapat ketidakrelevanan pembayaran dividen. Para investor dipengaruhi oleh kebijakan dividen (Martono dan Harjito, 2005:254)
Kebijakan dividen merupakan rencana tindakan yang harus diikuti dalam membuat keputusan dividen. Menurut Sundjaja dan Barliana (2003:390) jenis-jenis kebijakan dividen dibedakan menjadi 3 jenis.
Kebijakan dividen rasio pembayaran konstan adalah  persentase dari setiap rupiah yang dihasilkan dibagikan kepada pemilik dalam bentuk tunai.
Kebijakan dividen teratur adalah kebijakan dividen di mana perusahaan mencoba membayar dividen dalam persentase tertentu seperti dividen yang dinyatakan dalam rupiah serta disesuaikan terhadap target pembayaran yang membuktikan terjadinya peningkatan hasil atau kebijakan dividen ini didasarkan atas pembayaran dividen dengan rupiah yang tetap dalama setiap periode.
Kebijakan dividen rendah teratur dan ditambah ekstra merupakan kebijakan yang teratur ditambah denga dividen ekstra jika ada jaminan pendapatan.
Ketika perusahaan menetapkan suatu kebijakan dan memperhatikan sejumlah hal, pertimbangan-pertimbagan ini harus dikaitkan kembali dengan teori pembayaran dividen dan penilaian perusahaan. Menurut Martono dan Harjito (2005:255) terdapat berbagai faktor yang dapat dan harus dianalisis perusahaan dalam praktik ketika melakukan pendekatan terhadap keputusan dividen, yaitu kebutuhan dana bagi perusahaan, likuiditas perusahaan, kemampuan untuk menjamin, pembatasan-pembatasan dalam perjanjian utang, dan pengendalian perusahaan.


METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pendekatan kuantitatif.

Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksplanasi (explanatory research) yang dirancang untuk menjelaskan hubungan kausal antar variabel. Pada penelitian ini, variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow sebagai variabel bebas.

Subyek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini, yaitu seluruh perusahaan yang listing di Jakarta Islamic Index (JII) periode 2004-2006 yang terdiri dari 48 perusahaan.
Pada penelitian ini sampel ditetapkan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Sampel yang diambil dalam penelitian ini, yaitu semua perusahaan yang listing di Jakarta Islamic Index yang membayar dividen pada periode sampel.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu purposive sampling. Teknik purposive sampling dalam penelitian ini, yaitu perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index periode 2004-2006 secara berturut-turut dan perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang membayar dividen selama tiga tahun berturut-turut.

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan dengan memuat kejadian masa lalu. Jenis data yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu data kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data nama perusahaan go public yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index periode 2004-2006 dan laporan publikasi perusahaan untuk tahun 2004-2006.

Analisis Data
Penelitian yang akan dilakukan merupakan jenis penelitian yang menggunakan data kuantitatif. Teknik  analisis data yang digunakan dalam penelitian, yaitu teknik analisis regresi linear berganda dan pengujian hipotesis. Rumus regresi linear berganda sebagai berikut:

Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+e

Keterangan:
Y = kebijakan dividen
X1= kebijakan utang
X2= kepemilikan institusional
X3= free cash flow
a  = konstanta
b  = koefisien regresi dari variabel bebas
e  = standart error
           
            Salah satu syarat dalam menggunakan model regresi linear berganda, yaitu terpenuhinya uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas data, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
            Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji benar tidaknya suatu hipotesa nol (H0) dengan menggunakan suatu pendekatan pengujian statistik yang disebut dengan uji signifikansi. Hasil pengujian akan menghasilkan nilai signifikansi, yaitu nilai t dan nilai F. Ada dua cara yang dilakukan dalam ujisignifikansi, yaitu uji regresi parsialdan uji regresi secara keseluruhan (uji F).
PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Variabel utang diukur dengan menggunakan rasio Debt Equity Ratio (DER) yang diukur dengan membagi jumlah utang terhadap modal sendiri. Nilai rata-rata DER perusahaan dari tahun 2004-2006, yaitu 1,31%, 1,31%, dan 1,15%.
Variabel kepemilikan institusional diukur dengan membagi total saham pihak institusi dengan total saham beredar. Nilai rata-rata porsi kepemilikan institusional perusahaan dari tahun 2004-2006, yaitu 68,5%, 64,26%, dan 62,16%.
Data aliran kas bebas masing-masing perusahaan tercermin pada saldo kas perusahaan akhir tahun. Data ditransformasikan ke dalam bentuk semi-log, model semi-log merupakan suatu bentuk fungsional di mana salah satu variabel, yaitu X dinyatakan dalam bentuk In. Nilai rata-rata free cash flow perusahaan dari tahun 2004-2006, yaitu 1.310.774,5, 1.350.982,1, dan 1.397.754,2.
Kebijakan dividen diproksikan dengan dividend payout ratio. Berdasarkan data yang diperoleh dari ICND diketahui nilai rata-rata dividend payout ratio perusahaan dari tahun 2004-2006, yaitu 27,32%, 39,31%, dan 33,68%. Dari data tersebut diketahui bahwa perusahaan dalam membagikan dividen berfluktuatif, artinya masih banyak pertimbangan-pertimbangan yang diambil sebelum membagikan dividen.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh variabel kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow terhadap kebijakan dividen. Analisis dilakukan dengan menggunakan SPSS 13.00 for Windows. Berdasarkan penelitian dapat diketahui persamaan regresinya, yaitu:

Y= 201,110 + 3,738X1 + 0,404X2-    14,224X3+e

            Berdasarkan persamaan regresi di atas konstanta dan koefisien masing-masing regresinya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Nilai konstanta diperoleh sebesar 201,110. Hasil ini menunjukkan bahwa apabila ketiga variabel independen, yaitu kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow dianggap konstan, maka kebijakan dividen akan sebesar 201,110.
2.      Koefisien X1 (kebijakan utang) sebesar 3,738 tidak dapat diinterpretasi karena kebijakan utang tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
3.      Koefisien X2 (kepemilikan institusional) sebesar 0,404 tidak dapat diinterpretasi karena kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
4.      Koefisien X3 (free cash flow) sebesar -14,224 artinya jika variabel X3 mengalami kenaikan rata-rata 1 rupiah, maka hal ini berakibat pada penurunan Y sebesar 14,224.
5. e merupakan faktor lain di luar rancangan penelitian, artinya bahwa
faktor lain selain kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow yang memengaruhi kebijakan dividen.

Pengujian hipotesis menggunakan regresi berganda dengan melihat output SPSS dengan initial Coefficient untuk hipotesis 1 sampai dengan 3 dan ANOVA
Tabel 1 Rangkuman Hasil Analisis Regresi Berganda
 
 




Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig
1      Regression
2474,469
3    
824,823
2,413
,089a
        Residual
8886,038
26
341,771


        Total
11360,507
29



  1. Predictors: (Constant), free cash flow, kepemilikan institusional, kebijakan utang
  2. Dependent Variabel: kebijakan dividen


Coefficients a

Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig
B
Std. Error
Beta
1       (Constant)
201,110
70,882

2,837
,009
         kebijakan utang
3,738
6,214
,151
,602
,553
         kepemilikan                         institusional        
,404
,362
,276
1,116
,275
         free cash flow
-14,224
5,539
-,491
-2,568
,016
  1. Dependent Variable: kebijakan dividen


 
ANOVA b
 
              






untuk hipotesis 4.
Nilai t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dari setiap variabel independen. Analisis dari setiap variabel independen dapat dilihat pada pengujian hipotesis 1, hipotesis 2, dan hipotesis 3.
Pengujian hipotesis 1 dilakukan dengan menggunakan signifikansi 0.05. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada tabel 1 nilai t hitung  0,602 dengan signifikansi 0.553>0.05. Ini berarti bahwa variabel kebijakan utang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen.
Pengujian hipotesis 2 dilakukan dengan menggunakan signifikansi 0.05. Berdasarkan      hasil      analisis     regresi













faktor lain selain kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow yang memengaruhi kebijakan dividen.











berganda pada tabel 1 nilai t hitung 1,116 dengan signifikansi 0.275>0.05. Ini berarti bahwa variabel kepemilikan institusional tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan utang.
Pengujian hipotesis 3 dilakukan dengan menggunakan signifikansi 0.05. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada tabel 1 nilai t hitung -2,568 dengan signifikansi 0.016<0.05. Ini berarti bahwa variabel free cash flow mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen.
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh persamaan regresi linear berganda secara serentak atau bersama. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan signifikansi 0.05. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada tabel 1 nilai F hitung 2,413 dengan signifikansi 0.089>0.05. Ini berarti bahwa variabel kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen.

Pengaruh Kebijakan Utang terhadap Kebijakan Dividen
            Berdasarkan dari pengujian antara kebijakan utang (X1) terhadap kebijakan utang (Y) pada tabel 1 menunjukkan bahwa nilai signifikansi t sebesar 0,553. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan utang (X1) tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap kebijakan dividen (Y).
            Variabel Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai koefisien regersi dengan arah positif yang bertentangan dengan arah hipotesis penelitian. Hal ini, menunjukkan bahwa setelah krisis perusahaan memerlukan tambahan dana dalam waktu singkat untuk kegiatan bisnisnya. Perusahaan yang menggunakan dana utang yang tinggi akan membagikan dividen yang tinggi pula. Sebaliknya, pada tingkat utang perusahaan yang menurun, perusahaan akan menurunkan tingkat pembayaran dividen.
            Dengan melihat kondisi DER masing-masing perusahaan dapat diketahui bahwa rata-rata perusahaan pada penelitian ini mempunyai angka DER yang tinggi, yang artinya bahwa rata-rata perusahaan sampel lebih menggantungkan utang yang tinggi dalam struktur modalnya. Namun, hipotesis penelitian tidak terbukti dalam penelitian ini.
            Tidak berpengaruhnya variabel kebijakan utang terhadap kebijakan dividen disebabkan oleh manajemen perusahaan itu sendiri yang tetap membayarkan dividen walaupun perusahaan mempunyai tingkat utang yang tinggi. Hal ini dikarenakan jika perusahaan menurunkan pembayaran dividen, maka hal ini cenderung mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan mengalami penurunan. Selain itu, kebijakan dividen dianggap sebagai isyarat bagi investor dalam menilai baik buruknya perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan selalu mengusahakan pembayaran dividen yang stabil agar investor tetap menilai baik keadaan perusahaan dan menunjukkan bahwa perusahaan lebih mengutamakan reputasinya di mata investor.

Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Dividen
            Berdasarkan pada hasil pengujian antara kepemilikan institusional (X2) terhadap kebijakan dividen (Y) pada tabel 1 menunjukkan bahwa nilai signifikansi t sebesar 0,275. Hal ini mengindikasikan bahwa kepemilikan institusional (X2) tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap kebijakan dividen (Y).
            Penelitian ini menyatakan bahwa kepemilikan institusional mempunyai hubungan positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Arah positif menandakan bahwa institusi di Indonesia masih menginginkan stabilitas pendapatan melalui pembagian dividen, karena institusi di Indonesia menginginkan kompensasi atas apa yang telah diinvestasikan pada perusahaan. Oleh sebab itu institusi di Indonesia ingin mendapatkan return yang lebih atas pembagian dividen.
            Alasan tidak ditemukannya pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen dikarenakan adanya perangkapan manajemen antara perusahaan sampel penelitian dengan pemilik saham institusional, sehingga antara manajer dan pemilik perusahaan tidak terdapat pemisahan kepentingan. Hal inilah yang menyebabkan tidak terjadinya konflik antara manajer dengan pemilik perusahaan. Tidak terjadinya konflik itulah yang menyebabkan tidak berpengaruhnya kepemilikan institusional terhadap rasio pembayaran dividen.

Pengaruh Free Cash Flow terhadap Kebijakan Dividen
            Berdasarkan hasil pengujian antara free cash flow (X3) terhadap kebijakan dividen (Y) pada table 1 menunjukkan bahwa nilai signifikansi t sebesar 0,016. Hal ini mengindikasikan bahwa free cash flow (X) memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
            Variabel free cash flow (FCF) mempunyai koefisien regresi dengan arah negatif yakni -14,224 yang bertentangan dengan arah hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian menyatakan bahwa pada tingkat free cash flow yang relatif rendah akan mengurangi biaya agen sehingga kebutuhan dari dividen untuk membayar biaya agen menjadi berkurang. Semakin tinggi free cash flow, maka semakin tinggi rasio pembayaran dividen. Namun, dari hasil penelitian diperoleh arah hubungan negatif antara free cash flow dengan kebijakan dividen yang berarti jika free cash flow meningkat, maka rasio pembayaran dividen akan menurun. Hal ini disebabkan karena manajer lebih suka kas yang menganggur yang tercermin dalam free cash flow tersebut diinvestasikan kembali pada proyek-proyek yang memberikan keuntungan yang lebih.

Pengaruh Kebijakan Utang, Kepemilikan Institusional, dan Free Cash Flow terhadap Kebijakan Utang
            Berdasarkan pada analisis data pada tabel 1, terbukti bahwa tidak ada pengaruh antara kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow secara bersama-sama terhadap kebijakan dividen. Nilai sinifikansi F sebesar 0,089 lebih besar dibandingkan dengan 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow secara bersama-sama tidak memengaruhi kebijakan dividen.
            Tidak ditemukannya pengaruh dari ketiga variabel bebas terhadap kebijakan dividen dikarenakan uji secara parsial dan banyak variabel yang tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Kebijakan utang yang diduga memengaruhi keputusan manajemen dalam membagikan dividen tidak terbukti dalam penelitian ini. Pada penggunaan tingkat utang yang tinggi tidak memengaruhi perilaku manajemen untuk memperkecil rasio pembayaran dividen. Hal ini dikarenakan jika perusahaan menurunkan pembayaran dividen pembayaran dividen, maka cenderung mengindikasikan kinerja perusahaan mengalami penurunan. Selain itu, kebijakan dividen dianggap sebagai isyarat bagi investor dalam menilai baik buruknya perusahaan. Hal ini juga mengindikasikan bahwa beban utang dan bunga tinggi tidak memengaruhi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada investor menjadi rendah.
            Kepemilikan saham oleh pihak institusi juga tidak memengaruhi besar kecilnya pembayaran dividen yang diambil oleh manajemen perusahaan. Hal ini dikarenakan kepemilikan saham institusional oleh perusahaan-perusahaan pada penelitian ini dimiliki oleh perusahaan asosiasi, di mana perusahaan asosiasi tersebut masih bagian dari perusahaan yang bersangkutan. Hal ini juga mengakibatkan adanya perangkapan manajemen oleh pemilik, sehingga tidak terdapat pemisahan kepentingan antara manajer dan pemilik perusahaan. Dengan demikian, tidak terjadi konflik antara manajer dan investor. Tidak terjadinya konflik itulah yang menyebabkan tidak berpengaruhnya kepemilikan institusional terhadap rasio pembayaran dividen.
            Selain dikarenakan banyak uji secara parsial yang tidak menemukan pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel teirkatnya, uji secara simultan untuk mengetahui pengaruh kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow terhadap kebijakan dividen bisa diketahui dengan melihat angka R square yang hanya bernilai 0,218, yang berarti variabel kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow hanya memberikan pengaruh sebesar 21,8%, sedangkan 78,2% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, menyebabkan tidak ditemukannya pengaruh antar variabel kebijakan utang, kepemilikan institusional, free cash flow terhadap kebijakan utang.
           

PENUTUP

Kesimpulan
            Penelitian dilakukan untuk menguji pengaruh kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada periode 2004-2006 dengan mengambil sampel perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index dapat diperoleh beberapa kesimpulan. Kebijakan utang tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Free cash flow berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Saran 
1.      Bagi investor
            Investor yang akan menanamkan modal kepada suatu perusahaan dan ingin memperoleh tingkat pengembalian seperti yang diharapkan sebaiknya tidak hanya mendasarkan keputusan pada rasio pembayaranb dividen saja, namun perlu memperhatikan faktor lain, seperti prospek perusahaan.
2.      Bagi manajer
Manajer seharusnya selalu mempertimbangkan dengan baik mengenai kebijakan dividen dan mengelola perusahaan dengan baik agar perusahaan dapat berkinerja dengan baik.
3.      Bagi penelitian selanjutnya
Peneliti dapat menambah variabel lain yang memengaruhi kebijakan dividen karena semakin banyak variabel yang diteliti, maka hasilnya akan semakin representatif. Selain itu, peneliti juga dapat menambah jumlah sampel yang akan direliti tanpa menggunakan kriteria tertentu dan memperluas tahun penelitian, sehingga dapat menguji konsistensi variabel-variabel dalam penelitian dengan waktu yang berbeda.


DAFTAR RUJUKAN

Almilia, Spica dan Meliza Sylvi. 2006. Analisis Kebijakan Dividen dan Kebijakan Leverage terhadap Prediksi Kepemilikan Manajerial dan Teknik Analisis Multinomial Logit. Jurnal Akuntansi dan Bisnis
Baridwan, Zaki. 1996. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE
Brigham dan Houston. 2001. Manajemen Keuangan Buku I. Jakarta: Erlangga
Gunarsih, Tri. 2004. Masalah Keagenan dan Strategi Diversifikasi. Kompak Nomor 10. hal. 52-69
Hatta, Atika Jauhari. 2002. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebijakan Dividen: Investigasi Teori Stakeholder. JAAI vol. 6 no. 2 Desember 2002
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 1998. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Kieso, Donald E., dkk. 2002. Akuntansi Intermediate. Jakarta: Erlangga
Martono dan Harjito. 2007. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE
Nuruingsih, Kartika. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, ROA, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen: Studi 1995-1996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia
Pradessya, Pandu. 2006. Pengaruh Insider Ownership, Dispersion of Ownership, Free Cash Flow Collaterizable Assets dan Tingkat Pertumbuhan terhadap Kebijakan Dividen. Skripsi Universitas Islam Indonesia
Putri, Imanda Firmantyas dan Mohammad Nasir. 2006. Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Utang, dan Kebijakan Dividen dalam Perspektif Teori Keagenan. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.

PERANAN SOFTWARE AKUNTANSI DALAM SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN

PERANAN SOFTWARE AKUNTANSI DALAM SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN

1.        Pendahuluan
1.1    Latar Belakang
Sistem teknologi informasi memproses data menjadi informasi yang disediakan bagi para pengguna untuk dipakai dalam perencanaan strategis, pengambilan keputusan, pemantauan kinerja, dan produksi. Perusahaan dapat menggunakan teknologi informasi guna memperbaiki efisiensinya, sehingga dapat mengurangi beban dan menaikkan labanya. Menurut (Madura, 2007:532) Sistem Informasi (SI) yang lengkap biasanya mencakup piranti keras (hardware), piranti lunak (software), dan telekomunikasi serta orang dan data itu sendiri.
Sistem teknologi informasi akuntansi berkembang seiring dengan perkembangan bisnis perusahaan, pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat, tingkat pengetahuan karyawan yang semakin meningkat, dan penggunaan teknologi yang sangat besar. Sistem teknologi informasi dalam akuntansi menitikberatkan pada pengaturan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) berbasis komputer untuk memenuhi kebutuhan informasi dunia bisnis dengan cepat, tepat waktu, lengkap, relevan, dan akurat. Dampak dari Sistem Informasi Akuntansi, yaitu sistem pemrosesan data mengalami perubahan dari sistem akuntansi manual menjadi sistem akuntansi komputer. Alasan utama menggunakan teknologi informasi akuntansi, yaitu untuk efisiensi waktu dan biaya. Alasan lainnya, yaitu pengingkatan efektivitas, pencapaian hasil laporan keuangan yang tepat waktu, relevan, dan akurat, serta perlindungan atas aset perusahaan.
            Penggunaan komputer sangat membantu kegiatan siklus akuntansi perusahaan. Komputer dapat mengolah data menjadi informasi baik yang bersifat finansial maupun non finansial. Pengolahan data menggukan komputer dapat dilakukan baik secara terpusat maupun terdistribusi. Namun, penggunaan komputer tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh pelaku bisnis sehingga sering terjadi keterlambatan penyampaian laporan. Keterlambatan ini menjadi kendala utama bagi pelaku bisnis. Keterlambatan ini dipicu oleh keruwetan  informasi bisnis yang diterima oleh pelaku bisnis. Penggunaan potensial komputer hanya dibatasi oleh imajinasi dari pemrogram dan pengguna (Madura, 2007:536).

1.2    Tujuan Penulisan
1).   Untuk mengetahui peranan sotfware akuntansi dalam siklus akuntansi perusahaan
2).   Untuk memberikan informasi jenis-jenis software akuntansi yang dapat digunakan pada perusahaan
3).   Untuk mengetahui software akuntansi yang sesuai untuk suatu perusahaan.

1.3    Rumusan Masalah
1).   Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam memilih software akuntansi untuk perusahaan?
2).   Bagaimanakah peranan software akuntansi dalam siklus akuntansi perusahaan?
3).   Jenis-jenis software akuntansi apa saja yang dapat digunakan untuk mengelola data    perusahaan?
2.        Pembahasan
2.1  Kekurangan Sistem Akuntansi Manual
Mengerjakan laporan akuntansi secara manual membutuhkan waktu yang lumayan lama dan begitu sulit untuk menjalani siklus akuntansi secara lengkap. Kekurangan menggunakan sistem akuntansi secara manual antara lain:
1.   Membutuhkan waktu yang lama, terutama untuk yang transaksinya banyak
2.   Memungkinkan terjadi kesalahan menghitung
3.   Sulit melakukan pengecekan ulang jika terjadi kesalahan

2.2  Komputer Akuntansi dan Siklus Akuntansi
Komputer adalah serangkaian atau sekelompok mesin elektronik yang terdiri dari ribuan bahkan jutaan komponen yang dapat saling bekerja sama, serta membentuk sebuah sistem yang rapi dan teliti. Sistem ini dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan secara otomatis sesuai dengan urutan program yang diberikan pada sistem tersebut.
Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kapada para pengguna yang berkepentingan (Kieso, 2007:4)
Bersumber dari http://www.mikrobisnis.com (tanggal 20 Jauari 2011) Siklus akuntansi terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut:
1.      Journal entry. Transaksi jurnal ada 2 jenis, yaitu jurnal umum dan jrnal khusus. Beda antara keduanya, yaitu mengisi jurnal apa pun di jurnal umum. Sedangkan jurnal khusus, jurnalnya sudah tertentu. Contoh Jurnal khusus, antara lain : jurnal penjualan, jurnal pembelian, dsb.
2.      Setelah jurnal, proses selanjutnya, yaitu posting ke buku besar. Semua jurnal yang telah dibuat di nomor 1 di atas harus di-post ke masing-masing buku besarnya.
3.      Khusus untuk akun yang ada subsidiary ledger (buku pembantu), seperti: Piutang (AR), Hutang (AP), Inventory, Fixed  Asset, Bank, maka perlu update juga buku pembantu perusahaan.
4.      Setelah semua transaksi di-post ke buku besar, kemudian proses selanjutnya  membuat neraca percobaan (trial balance). Pada dasarnya, neraca percobaan ini hanya mengumpulkan daftar akun sesuai dengan urutannya dan menampilkan saldo awal, perubahan, dan saldo akhir dari masing-masing akun.
5.      Dari neraca percobaan, kemudian tinggal membuat neraca dan laba rugi dengan cara mengambil saldo dari neraca percobaan sesuai dengan tipe akunnya masing-masing.
Komputer akuntansi adalah suatu sistem dengan menggunakan alat bantu komputer untuk melakukan pengidentifikasian, pencatatan, dan pengomunikasian peristiwa-peristiwa ekonomi dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang dan penginterpretasian hasil proses.

2.3  Sistem Informasi Akuntansi
Salah satu bidang akuntansi yang banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi, yaitu Sistem Informasi Akuntansi. Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah suatu fungsi yang melaksanakan tugas pengolahan data financial menjadi informasi yang dibutuhkan bagi pemakai, baik di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan. SIA bertanggung jawab menyediakan informasi keuangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pada dasarnya, siklus akuntansi pada SIA berbasis komputer sama dengan SIA berbasis manual, artinya aktivitas yang harus dilakukan untuk menghasilkan suatu laporan keuangan tidak bertambah ataupun tidak ada yang dihapus. SIA berbasis komputer hanya mengubah karakter dari suatu aktivitas. Model akuntansi pada era teknologi informasi menghendaki bahwa model akuntansi dapat mengukur tingkat perubahan sumber daya, mengukur tingkat perubahan proses, mengukur aktiva tetap tak berwujud, memfokuskan ke luar pada nilai pelanggan, mengukur proses pada realtime, dan memungkinkan network
Sistem akuntansi pokok terdiri dari klasifikasi rekening buku besar, jurnal, dan bukti transaksi. Masing-masing unsur tersebut saling terkait membentuk suatu prosedur pencatatan akuntansi. Berikut ini merupakan contoh hubungan masing-masing unsur dengan prosedur lainnya:
Sistem dan prosedur jurnal bukti transaksi buku besar:
1.   Penjualan
àPenjualan dengan Faktur Penjualan, Piutang dan Penjualan
2.   Penerimaan Kas
à Kas dengan bukti Penerimaan Kas, Piutang dan Kas
3.   Pembelian
à Pembelian dengan Faktur Pembelian, Utang dan Persediaan Barang
4.   Pengeluaran Kas
à Kas dengan bukti Pengeluaran Kas, Utang dan Kas
5.   Payroll Umum Daftar Gaji
à Faktur Biaya rekening Gaji dan Upah, Potongan, Utang Gaji
Daftar tersebut menunjukkan bahwa dari setiap prosedur akan menghasilkan bukti transaksi. Catatan dalam jurnal akan diposting ke rekening buku besar.  Daftar tersebut menggambarkan hubungan antar elemen akun dalam siklus akuntansi. Sistem dan prosedur jurnal dalam pelaksanaanya dapat beragam model tergantung dari metode yang dipilih.
Tugas pengolahan data yang dilakukan SIA meliputi 4 tugas dasar sebagai berikut:
1).  Pengumpulan data.
Setiap tindakan dijelaskan oleh suatu catatan data. Bila tindakan tersebut   melibatkan elemen lingkungan disebut transaksi. Pelaku bisnis dan accounting umumnya hanya memperhatikan transaksi yang mempunyai nilai finansial.
2).  Manipulasi Data.
Data perlu dimanipulasi untuk dapat diubah menjadi informasi yang berguna. Operasi manipulasi data meliputi pengklasifikasian, penyortiran, perhitungan, dan pengikhtisaran.
3).  Penyimpanan data.
 Terdapat banyak transaksi pada setiap perusahaan. Setiap transaksi dijelaskan oleh beberapa elemen data. Data tersebut perlu disimpan di suatu tempat dan harus dapat ditemukan dengan mudah bila data tersebut dibutuhkan.
4).  Penyiapan dokumen.
SIA menghasilkan output untuk perorangan maupun organisasi di dalam maupun di luar perusahaan. Output tersebut dipicu dengan dua cara, yaitu oleh suatu tindakan output dihasilkan bila sesuatu terjadi. Seperti contoh, tagihan disiapkan pada saat terjadi pesanan, yang kedua oleh jadwal output dihasilkan pada suatu saat tertentu. Umumnya output berupa dokumen, namun semakin banyak pemakai menggunakan visual (tampilan layar) untuk memperoleh informasi yang tepat waktu dan tepat guna, tanpa harus menunggu laporan rutin dari bagian akuntansi yang diterbitkan sesuai jadwal. Akses informasi dapat dilakukan secara lokal maupun global dengan menggunakan fasilitas umum (diakses dari http://www.mira-minds.blogspot.com tanggal 20 Januari 2011)
Berdasarkan uraian di atas dapat di katakan bahwa tanggungjawab mengumpulkan, menyimpan dan mengolah data serta membuat laporan transaksi keuangan merupakan bagian dari tanggung jawab bagian akuntansi. Bagian lain seperti bagian penjualan, bagian pembelian, bagian keuangan adalah bagian operasional yang menyiapkan bukti-bukti transaksi, sedangkan bagian IT adalah bagian yang mennyadiakan fasilitas pengolahan data mencakup software, hardware, termasuk pemilihan teknologi, serta memegang tanggung jawab terhadap keamanan sistem data.

2.4  Software Akuntansi
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih software akuntansi, antara lain:
1).  Mengidentifikasi kebutuhan perusahaan.  Apakah terbatas pada pencatatan saja atau harus terintegrasi sampai pada laporan terperinci. Tetapi, jika perusahaan masih dalam rancangan penyusunan sistem, maka disarankan untuk menggunakan Teller Made.
2).  Memperhatikan fitur. Perusahaan mencocokan kebutuhan perusahaan dengan fitur yang ditawarkan oleh software. Selain itu, perusahaan dapat memilih software akuntansi yang mudah untuk dioperasikan oleh pengguna, serta perusahaan harus mencocokkan software dengan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia sebagai pedomannya.
3).  Mengenai perkembangan software-nya. Software yang baik seharusnya fleksibel dalam mengikuti perkembangan yang ada. Kemungkinan perkembangan bisnis perusahaan akan berakibat pada perkembangan seluruh aspek pendukung bisnis, termasuk software akuntansi perusahaan. Jangan sampai perusahaan tiba-tiba harus mengganti software akuntansi di tengah perjalanan bisnis perusahaan.
4).  After sales policy. Persahaan akan menggunakan produk tersebut dalam waktu yang lama sehingga after sales service policy harus di-support dengan baik. Untuk tailor made biasanya turnover programnya cukup tinggi, sehingga membutuhkan penyesuaian yang lama dari program yang baru. Perhatikan juga bahwa perusahaan dapat mengatasi masalah yang mungkin terjadi dalam panduan problem software guidance yang diberikan produsen.
5).  Budget (dana) dan referensi. Perusahaan harus memperhitungkan budget untuk software akuntansi dari awal, karena pembelian software akuntansi mahal. Software akuntansi perusahaan harus dapat memberikan timbal balik yang lebih menguntungkan bagi perusahaan. Jika pembelian software akuntansi tidak dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan, maka hal ini perlu dipertimbangkan lagi.

2.5  Jenis-jenis Software Akuntansi
            Software akuntansi berkembang sangat pesat seiring perkembangan sistem teknologi informasi. Berikut ini merupakan beberapa jenis software akuntansi yang dapat digunakan dalam siklus akuntansi perusahaan:
1).  Oracle
            Oracle Corporation (NASDAQ: ORCL) merupakan salah satu perusahaan utama pengembang sistem manajemen basis data (database management system), perangkat lunak untuk mengembangkan basis data, perangkat lunak manajemen hubungan pelanggan, enterprise resource planning dan perangkat lunak manajemen rantai pasok.
2).  Microsoft SQL Server
              Microsoft SQL Server merupakan sebuah sistem manajemen basis data relasional (RDBMS) produk Microsoft. Bahasa kueri utamanya, yaitu Transact-SQL yang merupakan implementasi dari SQL standar ANSI/ISO yang digunakan oleh Microsoft dan Sybase. Umumnya SQL Server digunakan pada dunia bisnis yang memiliki basis data berskala kecil sampai dengan menengah, tetapi sekarang telah berkembang SQL Server pada basis data besar.
3).  DacEasy
              DacEasy merupakan serangkaian modul yang terintegrasi memberikan informasi penting yang penting untuk operasi bisnis suatu perusahaan. Perusahan dapat memanfaatkan software akuntansi ini sebagai  modul yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bisnis perusahaan untuk mencapai hasil yang optimal.
4).  MYOB Accounting 17
            MYOB (Mind Your Own Business)  Accounting merupakan software olah data akuntansi secara terpadu (integrated software) yang proses pengolahan data transaksi akuntansinya dilakukan dengan cara mengentri data transaksi  melalui media formulir yang terdapat dalam command centre, kemudian program MYOB akan memproses secara otomatis, cepat, tepat, dan terpadu ke dalam seluruh catatan akuntansi dan berakhir dengan laporan keuangan.
5).  K-System Indonesia
            K-System merupakan program terpadu operasional dan akuntansi yang telah di-design khusus untuk kondisi Indonesia. Data cukup diisi 1x dibagian operasional, faktur dicetak dari komputer dan proses pembukuan selanjutnya secara otomatis dikerjakan oleh komputer. Laporan yang dibutuhkan dapat tersedia setiap saat. K-System berjalan di Linux & Windows.
6).  Accurate V3 Standart
            Accurate V3 Standart merupakan software akuntansi dengan modul Account Payable, Account Receivable, Inventory, dan General Ledger yang terintegrasi. Dalam versi Standard, diberikan 2 (dua) license. Artinya, 2 user/client bisa meng-input ke dalam 1 (satu) database dalam waktu yang bersamaan.
7).  Sage Accpact ERP
            Sage Accpac ERP merupakan sebuah sistem akuntansi yang dikembangkan dengan arsitektur kelas dunia dan telah memenangkan berbagai penghargaan. Software akuntansi ini didesain untuk memenuhi kebutuhan perusahaan baik besar maupun kecil, Sage Accpac ERP dapat dijalankan dengan menggunakan berbagai pilihan database. Sage Accpac ERP memenuhi kebutuhan perusahaan akan suatu aplikasi manajemen bisnis end-to-end yang terintegrasi penuh. Sage Accpac ERP memberikan fungsionalitas kerja yang lebih baik dengan kinerja yang tinggi dan kebebasan pilihan bagi penggunanya.

8).  Krishand
            Software Krishand PPN 1107, Krishand Withholding Tax, Krishand PPh 21, Krishand Payroll, Krishand General Ledger. Software Krishand PPN 1107 / Withholding Tax / Krishand PPh 21 merupakan software database yang membantu perusahaan dalam mempersiapkan formulir-formulir pajak (diakses dari http://www.yudhislibra.wordpress.com tanggal 23 Januari 2011)

2.6  Peranan Software Akuntansi dalam Siklus Akuntansi Perusahaan
Bersumber dari akses http://www.fina.imamatek.com (tanggal 20 Januari 2011) Software akuntansi memiliki peranan yang sangat penting dalam siklus akuntansi perusahaan. Manfaat software akuntansi tergantung pada software akuntansi yang dipilih oleh perusahaan. Software akuntansi pada dasarnya memiliki manfaat sebagai berikut:
1.        Jurnal khusus tidak pernah diisi. User hanya mengisi transaksi sebagaimana layaknya mencatat sebuah transaksi.
2.        Semua jurnal yang telah dibuat, baik dari jurnal umum maupun jurnal khusus, akan langsung di-post ke masing-masing buku besar.
3.        Semua subsidiary ledger juga akan di-update hingga ke detail-nya. Contoh: subsidiary untuk persediaan akan tercatat kuantitas, satuan, gudang, dan informasi lainnya yang menyangkut persediaan.
4.        Secara realtime laporan akan tersaji segera setelah transaksi berhasil diisi (untuk software tertentu, proses posting perlu dipicu oleh sebuah menu).



3.        Penutup
3.1    Kesimpulan
Peranan software akuntansi dalam siklus akuntansi pada perusahaan, yaitu jurnal khusus tidak pernah diisi, semua jurnal yang telah dibuat akan langsung di-post ke masing-masing buku besar, semua subsidiary ledger juga akan di-update hingga ke-detailnya, dan secara real time laporan akan tersaji segera setelah transaksi berhasil diisi.

3.2    Saran
1).   Bagi perusahaan
            Perusahaan harus dapat memanfaatkan software akuntansi dengan maksimal agar dapat memberikan keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan. Perusahaan harus dapat memilih software akuntansi yang paling sesuai dengan karakteristik perusahaan dan jangan sampai perusahaan rugi.
2).   Bagi karyawan
            Karyawan harus dapat memanfaatkan software akuntansi dengan baik, sehingga seluruh laporan perusahaan dapat diselesaikan tepat waktu, lengkap, relevan, dan akurat. Dengan demikian kinerja perusahaan akan meningkat dan laba perusahaan juga lebih besar.
3).   Bagi pembaca
            Para pembaca dapat memanfaatkan software akuntansi untuk segala jenis bisnis yang dimiliki, baik bisnis skala kecil, menengah, maupun besar dengan software akuntansi yang akan dipakai.



DAFTAR RUJUKAN
Madura, Jeff. 2007. Pengantar Bisnis. Jakarta: Salemba Empat
Kieso, Donald. E. 2007. Pengantar Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat
http://www.fina.imamatek.com (diakses tanggal 20 Januari 2011)
http://www.mikrobisnis.com (diakses tanggal 20 Januari 2011)
http://www.mira-minds.blogspot.com (diakses tanggal 20 Januari 2011)
http://www.yudhislibra.wordpress.com (diakses tanggal 23 Januari 2011)