Senin, 16 Juli 2012
Kamis, 17 Mei 2012
Kewajiban Hukum
LINGKUNGAN HUKUM YANG BERUBAH
Menurut common law, para profesional audit bertanggung jawab untuk memenuhi
apa yang telah dinyatakan dalam kontrak dengan klien. Apabila auditor gagal
memberikan jasa atau tidak cermat dalam pelaksanaannya, mereka secara hukum
bertanggung jawab kepada klien atas kelahiran dan/atau pelanggaran kontrak, dan
dalam situasi tertentu, kepada pihak selain klien mereka.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab
utamanya:
1. Kesadaran
para pemakai laporan keuangan yang semakin meningkat akan tanggung jawab
akuntan publik.
2. Kesadaran
yang meningkat di pihak Securities dan Exchange Commisission (SEC) mengenai
tanggung jawabnya melindungi kepentingan para investor.
3. Kerumitan
fungsi-fungsi auditing dan akuntansi yang disebabkan oleh meningkatnya ukuran
bisnis, globalisasi bisnis, dan kerumitan operasi bisnis.
4. Kecenderungan
masyarakat untuk menerima tuntutan dari pihak yang dirugikan terhadap siapa
saja yang dapat memberikan kompensasi, tanpa melihat siapa yang salah, bersama
dengan beberapa doktrin tentang kewajiban (sering disebut konsep kewajiban ‘deep pocket”).
5. Keputusn
pengadilan menyangkut ganti rugi yang besar pada beberapa kasus melawan akuntan
publik telah mendorong para pengacara
untuk memberikan pelayanan hukum atas dasar fee kontujensi. Kesepakatan
ini menawarkan keuntungan kepada pihak yang dirugikan bila tuntutannya
berhasil, dan kerugian yang minimum bila tuntutannya tidak berhasil.
6. Banyak
kantor akuntan publik lebih memilih menyelesaikan masalah hukum di luar
pengadilan untuk menghindri biaya pengadilan yang mahal dan publisitas yang
merugikan, ketimbang menyelesaikannya melalui proses pengadilan.
7. Kesulitan
yang dihadapi hakim dan juri dalam memahami serta menginterpretasikan masalah
teknis akuntansi dan auditing.
MEMBEDAKAN ANTARA KEGAGALAN BISNIS, KEGAGALAN AUDIT, DAN RISIKO AUDIT
Banyak profesional akuntansi dan
hukum yakin bahwa penyebab utama tuntutan hukum kepada kantor akuntan publik
adalah kurangnya pemahaman para pemakai laporan keuangan atas dua konsep:
1. Perbedaan
antara kegagalan bisnis dan kegagalan audit
2. Perbedaan
antara kegagalan audit dan risiko audit
Kegagalan bisnis (business failure) terjadi apabila
bisnis tersebut tidak mampu mengembalikan pinjamannya atau memenuhi harapan
para investor karena keadaan ekonomi atau bisnis, seperti resesi, keputusan
manajemen yang buruk., atau persaingan yang tak terduga dalam industry itu.
Kegagalan audit (audit failure) terjadi apabila auditor
mengeluarkan pendapat audit yang tidak benar karena gagal memenuhi persyaratan
standar audit. Contohnya adalah kantor yang menugaskan asisten yang tidak
memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas audit tertentu, di mana mereka gagal
menemukan salah saji yang material dalam catatan klien yang seharusnya dapat
ditemukan oleh auditor yang memenuhi syarat.
Risiko audit
merupakan kemungkinan bahwa auditor akan menyimpulkan, setelah melaksanakan
audit yang memadai, bahwa laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar, sedangkan
dalam kenyataannya mengandung salah saji yang material. Risiko audit tidak
dapat dielakkan, karena auditor mengumpulkan bukti hanya atas dasar pengujian
dan karena kecurangan yang disembunyikan dengan baik sangat sulit dideteksi.
Seorang auditor mungkin saja menaati seluruh standar auditing, namun masih
gagal mengungkapkan salah saji yang material akibat kecurangan.
KONSEP-KONSEP HUKUM YANG MEMPENGARUHI KEWAJIBAN
Konsep Orang yang Bijak
Ada kesepakatan antara profesi
akuntan dan pengadilan bahwa aditor bukan penjamin atau penerbit laporan
keuangan. Auditor hanya diharapkan untuk melakukan audit dengan kemahiran, dan
tidak diharpakan benar 100 persen. Standar kemahiran (due care) disebut sebagai konsep
orang yang bijak (prudent person
concept), hal ini dikemukakan dalam Cooley
on Torts.
Kewajiban atas Tindakan Pihak Lain
Para partner mungkin juga
bertanggung jawab atas pekerjaan orang yang mereka andalkan menurut UU
Keagenan. Tiga kelompok auditor yang paling mungkin diandalkan adalah para
karyawan, kantor akuntan publik lain yang ditugaskan untuk melakukan sebagian
pekerjaan, dan para spesialis yang dihubungi untuk menyediakan informasi
teknis. Jika seorang karyawan melaksanakan audit yang tidak memadai, partnernya
dapat ikut bertanggung jawab ats kinerja karyawan tersebut.
Tidak adanya Komunikasi Istimewa
Menurut Common Law, akuntan public
tidak berhak menyembunyikan informasi dari pengadilan dengan menyatakan bahwa
informasi tersebut rahasia. Diskusi rahasia antara klien dan auditor tidak
dapat disembunyikan dari pengadilan.
Syarat-syarat Hukum yang Mempengaruhi Kewajiban Akuntan Publik
·
Syarat yang berkaitan dengan kelalaian dan
penipuan: kelalaian biasa, kelalaian besar, penipuan konstruktif, penipuan.
·
Syarat yang berkaitan dengan hukum kontrak:
pelanggaran kontrak, manfaat pihak ketiga.
·
Syarat-syarat lain: common Law, UU Statuter,
Kewajiban bersama dan tertentu, kewajiban terpisah dan proporsional.
Sumber-sumber Kewajiban Hukum
Empat sumber kewajiban hukum:
1. Kewajiban
kepada klien
2. Kewajiban
kepada pihak ketiga menurut Common law
3. Kewajiban
sipil menurut UU sekuritas federal
4. Kewajiban
kriminal.
KEWAJIBAN KEPADA KLIEN
Sumber tuntutan hukum yang paling
umum terhadap akuntan publik adalah dari klien. Kewajiban yang umum akibat
tuntutan hukum klien melibatkan klaim bahwa auditor tidak dapat menemukan
pencurian oleh karyawan akibat kelalaian dalam melaksanakan audit. Masalah
utama dalam kasus yang melibatkan dugaan kelalaian biasanya adalah tingkat
kemahiran yang diperlukan.
Pembelaan Auditor terhadap Tuntutan Klien
Kantor akuntan publik biasanya
menggunakan satu atau kombinasi dari empat pembelaan bila ada tuntutan hukum
oleh klien, yaitu:
1. Tidak
ada tugas yang harus dilaksanakan, jasa berarti bahwa kantor akuntan publik
mengklaim bahwa kontrak yang tersirat atau pun yang dinyatakan secara jelas.
2. Pelaksanaan
kerja tanpa kelalaian (nonnegligent
performance)
3. Kelalaian
kontribusi (contributory negligence)
4. Ketiadaan
hubungan timbal balik (sebab-akibat)
KEWAJIBAN TERHADAP PIHAK KETIGA MENURUT COMMON LAW
Pihak ketiga meliputi pemegang
saham actual dan calon pemegang saham, pemasok, bankir, dan kreditor lain,
karyawan, serta pelanggan.
Doktrin Ultramares
Kasus audit utama yang mengawali
kewajban terhadap pihak ketiga adalah Ultramares Corporation vs. Touche (1931).
Kasus ini membentuk suatu doktrin yang dikenal sebagai doktrin Ultramares.
Foreseen Users.
Pengadilan telah memperluas doktrin
Ultrames untuk mengizinkan pemulihan oleh pihak ketiga dalam banyak situasi
dengan memperkenalkan konsep foreseen users, yang merupakan anggota dari
golongan pemakai terbatas yang mengandalkan laporan keuangan.
Meskipun
konsep foreseen user dapat langsung diterapkan, pengadilan telah membuat
beberapa interpretasi yang berbeda. Tiga pendekatan utama yang diberlakukan
sbb:
1. Credit
Alliance
2. Restatement
of Torts
3. Foreseeble
Users
Pembelaan Auditor terhadap Tuntutan Pihak Ketiga
Tiga dari empat pembelaan yang
tersedia bagi auditor dalam menghadapi tuntutan oleh klien juga tersedia untuk
tuntutan hukum oleh pihak ketiga, yaitu: tidak ada kewajiban untuk melaksanakan
jasa, pelaksanaan kerja tanpa kelalaian, dan ketiadaan hubungan sebab-akibat. Kelalaian
kontribusi biasanya tidak berlaku karena pihak ketiga bukan penyebab terjadinya
salah saji dalam laporan keuangan.
KEWAJIBAN SIPIL MENURUT UNNDANG-UNDANG SEKURITAS FEDERAL
Securities Act Tahun 1933
Securities Act tahun 1933 hanya
berkaitan dengan persyaratan pelaporan bagi perusahaan yang menerbitkan
sekuritas baru, termasuk informasi dalam laporan registrasi atau pendaftaran
dan propektus.
Securities Exchange Act Tahun 1934
Kewajiban auditor menurut
Securities Axchange Act tahun 1934 sering kali berpusat pada laporan keuangan
yang tekah diaudit yang diterbitkan kepada publik dalam laporan tahunan, yang
diserahkan kepada SEC sebagai bagian dari laporan tahunan Form 10-K.
Peraturan 10b-5 dari Securities Exchange Act tahun 1934
Section 10 dan Peraturan 10b-5
sering kali disebut sebaga ketentuan anti kecurangan dari undang-undang tahun
1934, karena menghalangi setiap aktivitas penipuan yang melibatkan pembelian
atau penjualan setiap sekuritas. Berbagai keputusan pengadilan federal
menjelaskan bahwa Peraturan 10b-5 berlaku tidak hanya bagi penjual langsung,
tetapi juga akuntan, penjamin emisi, dan puhak lainnya.
Pembelaan Auditor
Tiga pembelaan serupa yang tersedia
bagi auditor dalam kasus tuntutan menurut common aw oleh pihak ketiga juga
berlaku bagi tuntutan menurut UU tahun 1934: pelaksanaan kerja tanpa kelalaian,
tidak ada kewajiban, dan ketiadaan hubungan timbale balik atau sebab-akibat.
Sanksi SEC
Rules
of Practise SEC akan memungkinkan SEC untuk menolak, baik untuk sementara
maupun seterusnya, praktik kantor akuntan publik dalam kaitannya dengan laporan
keuangan perusahaan publik, baik karena kurangnya kualifikasi yang tepat atau
terlibat dalam perilaku profesional yang tidak etis atau tidak pantas.
Foreign Corrupt Practise Act Tahun 1977
Tindakan penting lain oleh kongres
yang mempengaruhi kantor akuntan publik maupun kliennya adalah disahkannya
Foreign Corrupt Practises Act tahun 1977. UU ini melarang pemberian uang suap
kepada pejabat di luar negeri untuk mendapatkan pengaruh dan memperoleh atau mempertahankan
hubungan bisnis. UU yang baru ini juga mewajibkan anggota yang terdaftar pada
SEC menurut Securities Exchange Act tahun 1934 untuk memenuhi persyaratan
tambahan yang menyangkut catatan yang lengkap dan akurat, serta sistem
pengendalian internal yang memadai.
KEWAJIAN KRIMINAL
Cara keempat para akuntan publik
yang dapat dianggap bertanggung jawab adalah menurut kewajiban kriminal bagi akuntan (criminal
liability for accountants).
RESPONS PROFESI TERHADAP KEWAJIBAN HUKUM
AICPA dan profesi secara
keseluruhan dapat melukukan sejumlah hal untuk mengurangi risiko para praktisi
terken tuntutan hukum:
1. Mencari
perlindungan dari proses pengadilan atau ligitasi yang tidak terpuji
2. Meningkatkan
performa auditing agar dapat memenuhi kebutuhan para pemakai dengan lebih baik
3. Mendidik
para pemakai mengenai batas-batas auditing.
Beberpa aktivitas khusus dalam
kewajiban hukum:
·
Riset dalam auditing
·
Penetapan standard an peraturan
·
Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor
·
Menetapkan persyaratan peer review
·
Melawan tuntutan hukum
·
Pendidikan bagi pemakai laporan keuangan
·
Member sanksi kepada anggota karena perilaku dan
kinerja yang tidak pantas
·
Melobi perubahan UU.
MELNDUNGI AKUNTAN PUBLIK INDIVIDUAL DARI KEWAJIBAN HUKUM
Seorang auditor yang berpraktik
juga dapat pula mengambil tindakan tertentu untuk meminimalkan kewajibannya.
Beberapa dari yang umum itu adalah sebagai berikut:
·
Hanya berurusan dengan klien yang memiliki
integritas
·
Mempekerjakan personil yang kompeten dan melatih
serta mengawasi mereka secara layak
·
Mengikuti standar profesi
·
Mempertahankan independensi
·
Memahami bisnis klien
·
Melaksanakan audit yang bermutu
·
Mendokumentasikan pekerjaan yang layak
·
Mendapatkan surat penugasan dan surat
representasi
·
Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia
·
Mengadakan asuransi yang memadai
·
Mencari bantuan hukum
·
Memilih bentuk organisasi dengan kewajiban
terbatas
·
Mengungkapkan skeptisme profesional
Penilaian
investasi pemerintah dilakukan dengan tiga metode yaitu:
- Metode Nilai Wajar; Dengan menggunakan Nilai wajar, investasi dicatat sebesar biaya perolehan/nilai wajarnya. Penghasilan atas investasi tersebut diakui sebesar bagian hasil yang diterima dan tidak mempengaruhi besarnya investasi pada badan usaha/badan hukum yang terkait.
- Metode ekuitas; Dengan menggunakan metode ekuitas pemerintah mencatat investasi awal sebesar biaya perolehan dan ditambah atau dikurangi sebesar bagian laba atau rugi pemerintah setelah tanggal perolehan. Bagian laba kecuali dividen dalam bentuk saham yang diterima pemerintah akan mengurangi nilai investasi pemerintah. Penyesuaian terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan investasi pemerintah, misalnya adanya perubahan yang timbul akibat pengaruh valuta asing serta revaluasi aset tetap.
3.
Metode nilai
bersih yang dapat direalisasikan; Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan
digunakan terutama untuk kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam jangka
waktu dekat.
4.
Laporan
Keuangan Konsolidasi adalah Laporan yang menyajikan posisi keuangan dan hasil
operasi untuk induk perusahaan (entitas pengendali) dan satu atau lebih anak
perusahaan (entitas yang dikendalikan) seakan – akan entitas – entitas
individual tersebut merupakan satu entitas atau perusahaan satu perusahaan.
No
|
Persentase Kepemilikan
|
Metode Digunakan
|
1
|
Kepemilikan kurang dari 20%
|
metode nilai wajar
|
2
|
Kepemilikan 20% sampai 50%, atau
kepemilikan kurang dari 20% tetapi memiliki pengaruh yang signifikan
|
metode
ekuitas
|
3
|
Kepemilikan lebih dari 50%
|
laporan
konsolidasi
|
4
|
Kepemilikan bersifat nonpermanen
|
metode nilai bersih yang direalisasikan.
|
5.
Penggunaan
metode pada paragraf 36 didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
- Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode nilai wajar;
- Kepemilikan 20% sampai 50%, atau kepemilikan kurang dari 20% tetapi memiliki pengaruh yang signifikan menggunakan metode ekuitas;
- Kepemilikan lebih dari 50% menggunakan laporan konsolidasi;
- Kepemilikan bersifat nonpermanen menggunakan metode nilai bersih yang direalisasikan.
Pelaporan Segmen, Evaluasi Pusat
Investasi, dan Penetapan Harga
Transfer
Tujuan pembelajaran:
1.
Menjelaskan bagaimana dan mengapa
perusahaan memilih untuk melakukan disentralisasi
2.
Menjelaskan perbedaan antera perhitungan
biaya dan variable, serta menyiapkan laporan laba rugi segmen.
3.
Menghitung dan menjelaskan pengmenbalian
atas investasi (retorn on investment-ROI)
4.
Menghitung dan menjelaskan labe residu
dan nilai tambah ekonomi (economic value added-EVA)
5.
Menjelaskan peran peneta[an harga
transfer pada perusahaan yang terdesentralisasi
Disentralisasi
dan pusat pertanggung jawaban
Secara umum, sebuah
perusahaan diatur menurut garis-garis pertanggung jawaban. Bagan organisasi
tradisional dengan bentuk piramidanya mengilustrasikan garis pertanggung jawban
yang mengalir dari CEO turun melewati wakil direktur menuju manajer madya dan
manajer yang lebih rendah.
Sistem akuntansi
pertanggung jawaban (responsibility accounting system) adalah system yang
mengukur berbagai hasil yang dicapai pusat pertanggung jawaban menurut
informasi yang dibutuhkan para manajer untuk mengoprasikan pusat pertanggung
jawaban mereka. Idealnya, system akuntansi pertanggung jawabanmencerminkan dan
mendukung struktur dari sebuah organisasi.
Perusahaan yang
memiliki beberapa pusat biasanya memilih salah satu atau dua pendekatan
pengambilan keputusan untuk mengelola kegiatan mereka yang rumit dan beragam.
Tersentralisasi atau terdesentralisasi. Pada pada pengambilan keputusan
tersentralisasi, keputusan dibuat pada tingkat manajemen puncak dan manajemen
yang lebih rendah bertanggung jawab atas pengimplementasian keputusan-keputusan
tersebut. Pengambilan keputusan terdesentralisassi memperkenankan manajer yang
jrnjang lebih rendah untuk membuar dan mengimplementasikan keputusan-keputusan
penting yang berkaitan wilayah pertanggung jawaban mereka.
MANAJEMEN TINGKAT PUNCAK
|
MANAJEMEN TINGKAT PUNCAK
|
informasi keputusan koordinasi
|
|||
|
|||
informasi keputusan
Alasan-alasan untuk
melakukan Desentralisasi
·
Mengumpulakan dan menggunakan informasi
local
·
Memfokuskan manajemen pusat
·
Melatih dan memotivasi para manajer
·
Meningkatkan daya saing
Divisi-divisi
perusahaan yang terdisentralisasi
Disentralisasi biasanya
diwujudkan melalui pembentukan unit-unit yang disebut divisi. Satu cara
pembagian divisi adalah berdasarkan jenis barang atau jasa yang diproduksi.
Divisi-divisi juga dapat diciptakan menurut garis geografis. Kehadiran divisi
di suatu bentang atau beberapa wilayah menciptakan akan kebutuhan evaluasi
kinerja yang mampu mempertimabangkan perbedaan lingkungan devisi. Cara lainnya
untuk membedakan devisi adalah berdasarkan jenis pertanggung jawaban yang
dikenal sebagai pusat pertanggung jawaban dan menugaskan manajer dibawahnya
untuk menangani wilayah tersebut. Pusat pertanggung jawaban merupakan suatu
segmen bisnis yang manajernya bertanggung jawab terhadap serangkaian
kegiatan-kegiatan tertentu.hasil-hasil dari setiap pertanggung jawaban bias
diukur berdasarkan informasi yang dibutuhkan manajer untuk mengoprasikan pusat
pertanggung jawab mereka. Berikut jenis-jenis pusat pertanggung jawaban:
ü Pusat
biaya (cost center)
ü Pusat
pendapatan (revenue center)
ü Pusat
laba (profit center)
ü Pusat
investasi (investment center)
Pengukuran Kinerja Pusat Investasi
dengan Menggunakan Laporan Laba Rugi
Variabel dan Absorpsi
Dua metode perhitungan
laba yang telah dikembangkan,yaitu berdasarkan perhitungan biaya variable dan
yang lainnya berdasarkan perhitungan biaya penuh atau absorpsi.keduanya
merupakan metode perhitungan biaya karena bnerkaitan dengan cara menentukan
biaya produk.
Perhitungan biaya
variable juga disebut dengan perhitungan biaya langsung. Hanya membebankan
biaya manufaktur variable ke produk; biaya-biaya yang meliputi bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead variable.
Perhitungan biaya
absorpsi membebankan semua biaya manufaktur kepada produk. Bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, overhead variable, dan overhead adalah biaya-biaya yang
tetap sebagai biaya produk, bukan biaya periode. Dan overhead tetap biaya yang
dapat diinvetarisasikan.
Penilaian
Persediaan
Persediaan dinilai atas
biaya produk atau produksi.perhatikan data berikut ini dari Fairchild Companya
untuk tahun lalu:
Unit di persediaan awal ---
Unit diproduksi 10.000
Unit terjual($3.000 per
Unit) 8.000
Biaya variable per unit
Bahan baku langsung $ 50
Tenaga kerja langsung 100
Overhead variable 50
Biaya tetap
Overhead tetap per unit yg diproduksi 25
Penjualan dan administrasi tetap 100.000
Data tersebut ada 2000
unit dari persediaan akhir. Contoh diatas menunjukkan cara menghitung biaya
persediaan akhir dengan menggunakan perhitungan biaya absorpsi dan
variable.perhatikan bahwa pada perhitungan biaya absorpsi, persediaan akhir
mencakup biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variable,
dan overhead tetap per unit. Pada mertode perhitungan biaya variable,
persediaan akhir hanya mencakup biaya bahan baku langsung, dan overhead
variable. Tidak dimasukannya overhead tetap dalam hasil niaya persediaan
perhitungan biaya variable membuat penilaian persediaan yang lebih rendah
daripada model absorpsi.
Laporan
laba Rugi menggunakan Biaya variable dan biaya absorpsi
Karena biaya pokok
perunit merupakan dasar bagi perhitungan harga pokok penjualan, metode
perhitungan biaya pokok variable dan absorpsi dapat mengakibatkan laba bersih
yang berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena jumlah overhead tetap diakui
sebagai beban pada kedua metode tersebut.
Hubungan
antara Produksi, Penjualan, dan Laba
Hubungan antar laba
menurut perhitungan biaya variable dan laba menurut perhitungan biaya absorpsi
berubah ketika hubungan antara produksi dan penjualan berubah.jika barang yang
terjual lebih banyak dari yang diroduksi, maka laba menurut perhitungan biaya
variable akan lebih tinggi dari laba menurut perhitungan biaya absorpsi.
Jika jumalah produksi,
dan penjualan sama, maaka tidak aka nada perbedaan laba yang akan dilaporkan.
Karena unit-unit yang diproduksi terjual seluruhnya, perhitungan biaya absorpsi
seperti juga perhitungan biaya variabel akan mengakui total overhead tetap periose
tersebut se x bagai beban. Tidak ada
overhead yang tetap masuk atau keluar dari persediaan.
Peubahab dalam overhead
tetap dalam persediaan adalah tepat sama dengan selisih diantara kedua laba.
Perubahan ini dapat dihitung melalui tariff overhead tetap dengan perubahan
total unit persediaan awal dan akhir. Selisih antara laba oprasi menurut
perhitungan biaya absorpsi dan laba bersih menurut perhitungan biaya absorpsi
dan laba bersih menurut perhitungan biaya variable dapat dinyatakan sebagai
berikut
Laba
menurut perhitungan by absorpsi –
laba menurut perhitungan by variable = tariff overhead tetap X (unit produksi - unit terjual)
Perlakuan
Overhead Tetap pada Perhitungan Biaya Absorpsi
Perbedaan antara
perhitungan biaya absorpsi dan variable terletak pada pengakuan beban yang
berhubungan dengan overhead tetap. Menurut perhitungan absorpsi, overhead tetap
harus dibebankan pada unit yang diproduksi. Hal ini menimbulkan masalah yang
belum kita bahas secara eksplisit. Pertama, bagaimana cara mengonversikan overhead
pabrik yang dibebankan berdasarkan jam kerja tenaga langsung atau jam mesin
terhadap overhead pabrik yang ditetapkan untuk unit-unit yang diproduksi.?
Kedua, apa yang dilakukan jika overhead pabrik yang actual tidak sama dengan
overhead pabrik yang dibebankan?
Solusi masalah pertama
adalah, diasumsikan dibutuhkan 0,25 jam tenaga kerja langsung untuk memproduksi
suatu unit. Jika tariff overhead pabrik adalah $12 per jam tenaga kerja
langsung, maka overhead tetap per unit adalah $3(0,25jam X $12)
Solusi untuk
permasalahan ke dua. Pertama, kita harus menghitung overhead tetap yang
ditetapkan dan membebankan pada unit yang diproduksi. Selanjutnya , total
overhead yang ditetapkan dibandingkan dengan overhead tetap akrual.
Mengevaluasi Manajer
Pusat Laba
Evaluasi terhadap para
manajer sering dikaitkan dengan profabilitas unit-unit berada dalam kendali
mereka. Manajer berhak mengharapkan
berlakunya hal-hal sebagai berikut:
1.
Ketika pendapatan penjualan meningkat
dari suatu period eke periode berikutnya, sementara factor-faktor lainnya
tetap, maka laba akan meningkat.
2.
Ketika pendapatan laba menurun dari satu
period eke periode berikutnya, sementara factor-faktor laninya tetap maka laba
akan menurun.
3.
Ketika pendapatan penjualan tidak
berubah dari satu periode ke periode selanjutnya, sementara factor-faktor
lainnya tetap. Maka laba akan tetap tidak berubah.
Laba
Rugi Segmen dengan menggunakan Perhitungan Biaya Variabel
Perhitungan biaya
variable berguna untuk menyiapkan lapora laba rugi segmen karena perhitungan
ini menyediakan informasi penting mengenai beban variable dan tetap. Sebuah
segmen adalah subunit dari suatu perusahaan yang cukup penting dalam pembuatan
laporan kinerja. Akan tetapi dalam laporan laba rugi segmen, beban tetap dibagi
menjadi 2 kategori, Beban tetap langsung dan Beban tetap umum.
Beban tetap langsung
merupakan beban yang secara yangsung dapat ditelusuri ke suatu segmen. Beban
ini terkadang disebut juga sebagai beban tetap yang dapat dihindari ata beban
tetap yang dapat ditelusuri karena beban ini akan hilang jika segmen ditutup
atau dihapus.
Beban tetap umu
disebabkan oleh dua segmen atau lebih secara bersamaan. Beban ini akan tetap
muncu, bahkan jika salah satu segmen dihapus.
Laporan laba rugi
segmen dengan menggunakan perhitungan biaya variable memiliki satu keistimewaan
disamping laba rugi variable yang telah disajikan sebelumya. Pembagian seluruh
beban dibagi kedalam dua katagori; beban tetap langsung dan baban tetap umum,
memberika informasi tambahan bagi manajer. Pembagian tambahan ini dapat digaris
bawahi biaya yang dapat dikendalikan dan biaya yang tidak dapat dikendaliikan
dan meningkatkan manajer kemampuan dalam mengevaluasi setiap kontribusi segmen
thd kinerja perusahaan secara kaseluruhan
Karena beban tetap
langsung ditelusuri ke suatu segmen, beban ini disebabkan keberadaan dari
segmen itu sendiri.hal ini akan memberikan gambaran pada manajer mengenai
profabilitas segmen.
Beban tetap umu
disebabkan oleh dua atau lebih segmen. Jika salah satu shegmen dihapus maka
beban tetap umum ini akan tetap ada dan dalam tingkatan yang sama dengan
sebelumya.
Biaya tetap merupakan
biaya tetap langsung dalam suatu segmen mungkin dapat menjadi biaya tetap tak
langsung atau umum di segmen yang lain.
1. Pungukuran Kinerja Pusat Investasi
dengan Menggunakan ROI
Pusat-pusat
investasi umumnya berdasarkan pengembalian atas investasi. Ukuran-ukuran
lainnya sebagai berikut:
a) Pengembalian atas investasi
Divisi-divisi
yang merupakan pusat investasi akan memiliki laporan laba rugi dan neraca
sendiri. Satu cara mengaitkan laba operasi dengan aktiva yang digunakan adalah
dengan menghitng pengembalian atas investasi (return on investment –ROI), yaitu laba yang diperoleh untuk setiap
dolar investasi. ROI adalah ukuran kinerja yang paling lazim bagi suatu pusat
investasi.
Persamaan
ROI sebagai berikut:
ROI = Laba operasi/Aktiva operasi
rata-rata
Laba
operasi (operating income) mengacu
pada laba sebelum bunga dan pajak. Aktiva operasi (operating assets) adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan laba operasi, termasuk kas, piutang, persediaan, tanah, gedung,
dan peralatan.
Aktiva perasi rata-rata = (Nilai
buku bersih awal + Nilai buku bersih akhir)
2
Hal yang penting adalah memastikan
satu metode diterapkan secara konsisten sepanjang waktu. Hal ini memungkinkan
perusahaan, untuk membandingkan ROI antar berbagai divisi sepanjang waktu.
Rumus ROI cepat dan mudah digunakan, namun memerinci ROI dalam margin dan
rasio-rasio perputaran memberikan informasi tambahan.
b) Margin Perputaran
Cara
lain untuk menghitung ROI adalah memisahkan rumusnya (Laba operasi/Aktiva
operasi rata-rata) dalam margin dan perputaran.
ROI = Margin x Perputaran
= Laba Operasi x Penjualan
Penjualan Aktiva oprasi rata-rata
“Penjualan”
dalam rumus di atas bisa dihapuskan untuk menghasilkan rumus ROI yang awal,
yaitu Laba operasi/Aktiva operasi rata-rata.
Margin
adalah rasio dari laba operasi terhadap penjualan. Hal ini menunjukkan jumlah
laba operasi yang dihasilkan dari setiap dolar penjualan. Hal ini menyatakan
bagian dari penjualan yang tersedia untuk bunga, pajak, dan laba. Perputaran (turnover) adalah suatu ukuran lain yang
dihitung dengan membagi pendapatan penjualan dengan aktiva operasi rata-rata.
Perputaran menunjukkan jumlah penjualan yang dihasilkan dari setiap dolar yang
diinvestasikan dalam aktiva operasi. Hal ini menunjukkan produktivitas aktiva
yang digunakan untuk menghasilkan penjualan.
Keunggulan ROI
Keuntungan dari penggunaan ROI sebagai
berikut:
1) ROI
mendorong manajer untuk fokus pada hubungan antara penjualan, beban, dan
investasi sebagaimana yang diharapkan dari seorang manajer pusat investasi
2) ROI
mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi biaya
3) ROI
mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi aktiva operasi.
Kelemahan Pengukuran ROI
Penekanan
yang berlebihan pada ROI dapat menghasilkan pemikiran yang sempit. Dua aspek
negatif ROI sebagai berikut:
1) ROI
mengakibatkan fokus yang semit pada profitabilitas divisi dengan mengorbankan
profitabilitas keseluran perusahaan.
2) ROI
mendorong para manajer untuk fokus pada kepentingan jangka pendek dengan
mengorbankan kepentingan jangka panjang.
2. Mengukur Kinerja Pusat Investasi
dengan Menggunakan Laba Residu dan Nilai Tambah Ekonomi.
Untuk
mengatasi kecenderungan ROI untuk investasi yang menguntungkan bagi perusahaan,
tetapi menurunkan ROI divisi, beberapa peusahaan telah menerapkan alternatif
ukuran kinerja, seperti laba residu. Nilai tambah ekonomi (economic value added-EVA) adalah cara alternative untuk menghitung
laba residu yang saat ini digunakan di sejumlah perusahaan.
Laba Residu
Laba
residu (residual income) adalah
perbedaan antara laba operasi dan pengembalian dolar minimum yang diisyaratkan
atas aktiva operasi perusahaan.
Laba
residu = Laba operasi – (Tingkat pengembalian minimum x Aktiva operasi
rata-rata)
Tingkat
pengembalian minimum ditentukan perusahaan dan sama dengan hurdle rate yang disebutkan pada bagian ROI. Jika laba residu lebih
besar dari nol, divisi memperoleh lebih banyak tingkat pengembalian minimum
yang diminta (hurdle rate). Jika laba
residu kurang dari nol, divisi memperoleh lebih sedikit tingkat pengembalian
minimum yang diminta. Akhirnya, laba residu yang sama degan nol menunjukkan
divisi memperoleh tetap sama dengan tingkat pengembalian minimum yang diminta.
Keunggulan Laba Residu
Memilih
kedua proyek menghasilkan peningkatan laba residu yang terbesar. Penggunaan
laba residu mendorong para manajer untuk menerima proyek apa pun yang
menghasilkan tingkat di atas minimum.
Kelemahan Laba
Residu
Laba
residu, seperti ROI, bisa mendorong orientasi jangka pendek. Masalah lainnya
dengan laba residu tidak seperti ROI, laba residu adalah ukura absolut dari
profitabilitas. Jadi, perbandingan langsung dari kinerja pada dua pusat
investasi yang berbeda menjadi sulit karena tingkat investasinya bisa berbeda.
Salah
satu cara yang memungkinkan untuk mengoreksi kelemahan ini adalah menghitung
pengembalian atas investasi dan laba residu, serta menggunakan kedua ukuran
tersebut untuk evaluasi kinerja. Kemudian, ROI bisa digunakan untuk
perbandingan antardivisi.
Nilai Tambah
Ekonomi
Cara
khusus menghitung laba residu adalah nilai tambah ekonomi. Milai tambah ekonomi
(economic value added-EVA) adalah
laba bersih (laba operasi dikurangi pajak) dikurangi total biaya modal tahunan.
Pada dasarnya, EVA adalah laba residu dengan biaya modal sama dengan biaya
modal aktual dari perusahaan (sebagai gantidari suatu tingkat pengembalia
minimum yang diinginkan perusahaan karena alas an lainnya). Jika EVA positif,
maka perusahaan sedang menciptakan kekayaan. Jika EVA negatif, maka perusahaan
seang menyiapkan modal. EVA membantu perusahaan untuk menentukan apakah uang
yang didapatkan lebih besar daripada uang yang digunakan untuk mendapatakan
uang tersebut. Dalam jangka panjang, hanya perusahaan-perusahaan yang
meghasilkan modal atau kekayaan yang dapat bertahan.
Sebagai
suatu bentuk dari laba residu, EVA adalah suatu bentuk satuan dolar, bukan
suatu tingkat persentase pengembalian. Akan tetapi, EVA juga menghasilkan
tingkat pengembalian seperti ROI, karena menghubungkan penghasilan bersih
(pengembalian) dengan modal yang dipakai. EVA adalah penekanan pada laba bersih
operasi dan biaya actual dari modal. Di pihak lain, secar khusus, pendapatan
residual menggunakan tingkat minimum pengembalian yang diharapkan. Para
investor menyukai EVA karena menguhubungkan laba dengan jumlah sumber-sumber
daya yang diperlukan untuk mencapainya.
Menghitung EVA
EVA
adalah laba bersih atau laba operasi setelah pajak dikurangi biaya modal yang
dipakai. Biaya modal yang dipakai adalah
persentase aktual dari biaya modal dikali dengan total modal yang dipakai.
Persamaan
EVA sebagai berikut:
EVA
= Laba operasi setelah pajak – (Persentase biaya modal aktual x Total modal
yang dipakai )
Aspek perilaku EVA
EVA
mengandalkan biaya modal yang sebenarnya, hal inilah yag menjadi penyebab bahwa
EVA tidaklah mencukupi untuk membantu mendorong jenis perilaku yang sesuai dari
berbagai divisi dengan menunjukkan penekanan semata-mata pada pendapatan
operasi. Di banyak perusahaan, tanggung jawab keputusan investasi terletak pada
manajemen perusahaan. Akibatnya, biaya modal diperhitungkan sebgai pengeluaran
perusahaan. Jika suatu divisi menumpuk persediaan dan melakukan investasi,
biaya pendanaan investasi akan dilaporkan dalam neraca laba rugi perusahaan
secara keseluruhan dan tidak diperlihatkan sebagai pengurangan pendapatan
operasi divisi. Akibatnya, investasi trlihat seolah-olah bebas biaya bagi
divisi.
3. Penetapan Harga Transfer
Keluaran
dari salah satu divisi digunakan sebagai masukan pada divisi lainnya digunakan
di banyak perusahaan. Ketika divisi-divisi diperlakukan sebagai pusat
pertangggungjawaban, divisi tersebut dievaluasi berdasarkan laba ooperasi,
pengembalian ats investasi, dan laba residua tau EVA. Jadi, nilai barang yang
ditransfer merupakan pendapatan bagi divisi yang menjual dan biaya bagi divisi
yang membeli. Nilai ini atau harga internal disebut harga transfer (transfer price). Dengan kata lain,
harga transfer adalah harga yang dibebankan untuk suatu komponen oleh divisi
penjual ada divisi di perusahaan yang sama.
Dampak
Penetapan Harga Transfer terhadap Divisi dan Perusahaan secara Keseluruhan.
Ketika
satu divisi dari suatu perusahaan menjual pada divisi lain, kedua divisi
tersebut dan perusahaan secara keeluruhan terkena pengaruhnya. Harga yang
dikenakan untuk barang yang ditransfer memengaruhi biaya divisi pembei dan
pendapatan divisi penjual. Arttinya, laba kedua divisi tersebut, dipengaruhi
oleh harga transfer.
Meskipun
harga transfer aktual tidak memengaruhi tingkat laba yang dihasilkan perusahaan
multinasional melalui pajak badan dan persyaratan hukum lainnya yag ditetapkan
negara tempat berbagai divisi beroperasi.
Kebijakan
Penetapan Harga Transfer
Perusahaan
yang terdesentralisasi memungkinkan banyak wewenang pengambilan keputusan di
tingkat manajemen yang lebih rendah. Hal ini yang menyebabkan perusahaan yang
terdesentralisasi kurang produktif untuk kemudian memutuskan harga transfer
aktual antara dua divisi. Akibatnya, manajemen puncak menetapkan kebijakan
penetapan harga transfer, tetapi divisi boleh memutuskan untuk menyetujui
transfer tersebut atau tidak.
Dalam
penyusunan sebuah kebijakan penetapan harga transfer, kedua pandangan dari
divisi penjual dan dan divisi pembeli harus dipertimbangkan. Pendekatan biaya
peluang (opportunity cost approach) mencapai
tujuan tersebut dengan mengidentifikasi harga minimum yang ingin diterima
divisi pembeli. Hara-harga minimum dan maksimum tersebut sesuai dengan biaya
peluang transfer internal. Harga-harga yang ditetapkan di setiap divisi sebagai
berikut:
1) Harga
transfer minimum adalah harga transfer yang akan memnuat keadaan divisi penjual
tidak menjadi lebih buruk jika barangdijual pada divisi internal daripada
dijual pada pihk luar, disebut baras bawah (floor)
dari rentang penawaran.
2) Harga
transfer maksimum adalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi
pembeli tidk menjadi lebih buruk-jiak suatu input
dibeli dari divisi internal daripada jika barang yang sama dibeli secara
eksternal, disebut batas atas (ceiling) dari
rentang penawaran.
Transfer internal sebaiknya dilakukan saat biaya
peluang (harga minimum) divisi penjual
lebih rendah dari biaya peluang (harga maksimum) divisi pembeli. Kebijakan
harga transfer ini mencakup harga pasar, harga transfer berdasarkan biaya, dan
harga transfer yang dinegosiasikan.
Harga
Pasar
Jika terdapat pasar luar dengan persingan sempurna
untuk produk yag ditransfer, maka harga transfer yang paling sesuai adalah
harga pasar. Pada situasi demikian,
berbagai tindakan manajer divisi akan mengoptimalkan laba divisi dan laba
perusahaan secara simultan.
Harga
Transfer Berdasarkan Biaya
Harga pasar kerap kali tidak tersedia, dalam keadaan
ini, perusahaan dapat menggunakan pendekatan penetapan harga transfer
berdasarkan biaya.
Harga
Transfer yang Dinegosiasikan
Akhirnya, manajemen tingkat atas bisa mengizinkan
manajer divisi pembeli dan penjual untuk menegosiasikan harga transfer. Secara
khusus, pendekatan ini berguna saat kondisi pasar tidak sempurna, seperti
kemampuan divisi di dalam perusahaan untuk menghindari biaya penjualan dan
distribusi. Dalam hal ini, biaya yang dihemat bisa dibagi di antara dua divisi.
Langganan:
Postingan (Atom)