Pengaruh Kebijakan Utang, Kepemilikan Institusional, dan Free Cash Flow terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Jakarta Islamic Index
Latifu Eki Hardiana
Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow terhadap kebijakan dividen. Serta pengaruh ketiganya secara bersama-sama. Populasi pada penelirian ini, yaitu perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purpose sampling, yaitu perusahaan yang listing di JII tahun 2004-2006 dan membagikan dividen selama tiga tahun berturut-turut pada periode tersebut. Data yang digunakan, yaitu data sekunder yang diperoleh dari ICMD. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan kebijakan utang tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan free cash flow berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Kata kunci : kebijakan utang, kepemilikan institusional, free cash flow, kebijakan dividen
PENDAHULUAN
Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa akan datang (Matono dan Harjito, 2005:253) rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen dan laba ditahan sebagai sumber pendanaan.
Ketika sebuah perusahaan memperoleh laba bersih (net income) dan tingkat cash flow pada suatu periode tertentu, manajemen dihadapkan pada keputusan pemanfaatan laba tersebut, apakah akan dibagikan sebagai dividen atau ditahan sebagai laba ditahan (retained aernings). Dalam mendesain dan mengimplementasikan kebijakan tersebut, terdapat trade-off yang harus diperhatikan.
Keputusan pembagian dividen merupakan masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan. Manajemen sering mengalami kesulitan untuk memutuskan apakah akan membagikan dividen atau akan menambahkan laba untuk diinvestasikan kepada proyek-proyek yang menguntungkan guna meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Keputusan pembagian dividen perlu mempertimbangkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. Oleh sebab itu, laba tidak seluruhnya dibagikan ke dalam bentuk dividen, namun perlu disisihkan untuk diinvestasikan kembali pada perusahaan. Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada para investor tergantung pada kebijakan dividen dari masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan.
Sehubungan dengan adanya kebijakan dividen terdapat dua kelompok yang berkentingan, yaitu pihak investor sebagai pemilik perusahaan yang selanjutnya disebut prinsipal dan pihak manajemen sebagai pihak yang diberi kepercayaan oleh investor untuk mengelola perusahaan yang selanjutnya disebut agen. Masalah yang timbul dari hubungan antara prinsipal dan agen, yaitu masalah keagenan (agency problem), sehingga diperlukan agency cost. Agency cost merupakan biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengendalikan tindakan-tindakan manajemen agar sejalan dengan kepentingan pemilik perusahaan.
Nuringsih (2005) menyatakan bahwa perusahaan cenderung memanfaatkan utang bila mengalami keterbatasan laba ditahan. Namun bila penggunaan utang terlalu besar dapat berdampak pada financial distress dan kebangkrutan. Berdasarkan dampak ini, bila perusahaan memiliki utang yang tinggi, maka akan mengurangi pembayaran dividen untuk menghindari transfer kekayaan dari kreditor kepada investor.
Menurut Putri dan Nasir (2006) bahwa dengan jumlah investasi yang tinggi, investor institusional melakukan monitoring yang semakin ketat dan menghalangi perilaku oportunis manajer. Kehadiran kepemilikan institusional memiliki efek substitusi bagi pembayaran dividen untuk mengurangi biaya keagenan.
Penelitian ini juga mencoba memasukkan pengaruh dari variabel aliran kas bebas (free cash flow) terhadap kebijakan dividen. Aliran kas bebas selama ini lebih banyak dipakai untuk membiayai pengeluaran modal, khususnya pada perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Bagi perusahaan yang melakukan pengeluaran modal, aliran kas bebas akan mencerminkan dengan jelas apakah perusahaan masih mempunyai kemampuan di masa depan atau tidak. Hal ini menimbulkan konflik kepentingan antara manajer dan investor. Menurut Hatta (2002:10) tingkat free cash flow yang relatif rendah akan mengurangi biaya agen sehingga kebutuhan dari dividen untuk membayar biaya agen menjadi berkurang.
Penelitian mengenai kebijakan dividen sudah banyak dilakukan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu penyertaan variabel free cash flow yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Variabel free cash flow masih jarang diteliti. Selain itu, sampel perusahaan yang diambil dalam penelitian ini, yaitu perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index periode 2004-2006. Perusahaan yang terdaftar Jakarta Islamic Index merupakan perusahaan-perusahaan yang kegiatan operasionalnya tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Penelitian ini secara teoritis memberikan kontribusi terhadap pengujian agency cost model. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui tingkat keberlakuan model tersebut. Selain itu, bermanfaat untuk menguji konsistensi temuan-temuan penelitian sebelumnya yang terkait. Manfaat bagi peneliti, yaitu memberikan pengalaman secara langsung, sehingga dapat memperluas pengetahuan praktis tentang pengaruh kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow terhadap kebijakan dividen. Penelitian ini juga memberikan manfaat bagi perusahaan, yaitu memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak perusahaan dalam memutuskan untuk melakukan kebijakan dividen, serta sebagai pertimbangan bagi manajer dalam menentukan kebijakan strategi keuangan khususnya dalam pembagian dividen. Manfaat penelitian ini bagi investor, yaitu untuk mengevaluasi kecenderungan perilaku kebijakan dividen dari manajer.
Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui pengaruh signifikan kebijakan utang terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index. Untuk mengetahui pengaruh signifikan kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index. Untuk mengetahui pengaruh signifikan free cash flow terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar pada dalam Jakarta Islamic Index. Selain itu, untuk mengetahui pengaruh kebijakan utang, kepemilikan institusional, free cash flow secara signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index.
KAJIAN PUSTAKA
Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan merupakan konsekuensi dari pemisahan fungsi kontrol dengan fungsi kepemilikan. Masalah keagenan terjadi karena adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Pemisahan ini terjadi karena pemegang saham yang tersebar melakukan diversifikasi portofolio, mendelegasikan keuangan, dan pengambilan keputusan lain pada manajer perusahaan. Kewenangan mengelola dana pemilik dan pengambilan keputusan perusahaan lainnya (discretion) memungkinkan munculnya konflik kepentingan antara pemegang saham (shareholder) dan manajer perusahaan. Pemegang saham berkepentingan pada diversifikasi risiko sistematik perusahaan, sedangkan manajer mempunyai kecenderungan untuk memenuhi kepentingannya sendiri yang mungkin bertentangan dengan kepentingan pemegang saham (Gunarsih, 2004).
Para manajer seringkali tergoda untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri, dan bukan memaksimumkan kemakmuran shareholder dalam menjalankan operasi perusahaan. Hal ini akan mengakibatkan munculnya perbedaan kepentingan antara external shareholder dan manajer. Konflik yang disebabkan oleh pemisahan antara kepemilikan dan fungsi pengelolaan dalam teori keuangan disebut konflik keagenan atau agency conflict. Konflik keagenan yang terjadi dalam perusahaan pada hubungan antara: (1) pemegang saham dan manajer, (2) manajer dengan kreditor, (3) manajer, pemegang saham, dan kreditor (Brigham, Gapenski: 1999) dalam Almilia dan Silvi (2006).
Biaya yang timbul atau dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengatasi konflik keagenan disebut biaya keagenan. Pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencairan dana dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan menyebabkan konflik antara manajer dan pemegang saham, sehingga menimbulkan agency cost.
Peningkatan dividen diharapkan dapat mengurangi biaya keagenan. Dividen yang besar menyebabkan rasio laba ditahan akan kecil sehingga perusahaan membutuhkan tambahan dana dari sumber eksternal, seperti emisi saham baru. Pengawasan kinerja menyebabkan manajer bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham sehingga mengurangi biaya yang berkaitan dengan emisi saham baru (floating cost) (Crutchley dan Hansen: 1898) dalam Almilia dan Silvi (2006).
Penggunaan utang diharapkan dapat mengurangi konflik keagenan. Penambahan utang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan saham sehingga mengurangi biaya keagenan ekuitas. Sebagai konsekuensi dari kebijakan ini, perusahaan menghadapi biaya keagenan utang dan risiko kebangkrutan (Crutchley dan Hansen: 1989) dalam Almilia dan Silvi (2006).
Pradessya (2006) menyatakan ada beberapa alternatif untuk mengurangi konflik kepentingan dan biaya keagenan atau agency cost:
1. Meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen,
2. Meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih atau dividend payout ratio, dengan demikian akan memperkecil jumlah aliran kas bebas atau free cash flow sehingga manajemen harus mencari sumber dana eksternal untuk pembiayaan investasi
3. Meningkatkan pendanaan dengan utang. Peningkatan utang akan menurunkan skala konflik antara pemegang saham dan manajemen.
Teori Kebijakan Dividen
Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan yang lebih baik bagi perusahaan tersebut di satu pihak, namun di pihak lain perusahaan menginginkan dapat membayar dividen kepada pemegang saham.
Husnan dan Pudjiastuti (1998) mendefinisikan dividen adalah laba yang diperoleh oleh perusahaan dan tersedia bagi pemegang saham. Sedangkan menurut Baridwan (1992:434) dividen adalah pembagian keuntungan kepada pemegang saham Perseroan Terbatas(PT) yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimiliki. Sedangkan menurut Simamora (2004:423) dividen adalah pembagian aktiva perusahaan kepada para pemegang saham perusahaan.
Dari ketiga pengertian dividen tersebut, dapat ditarik kesimpulan dividen adalah pembagian aktiva atau laba yang diperoleh perusahaan dan dibagikan kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki.
Pembagian dividen umumnya berdasarkan atas akumulasi laba, yaitu laba ditahan, atau beberapa pos modal lainnya seperti tambahan modal disetor (Kieso, 2002:358)
Terdapat beberapa jenis dividen, yaitu dividen tunai, dividen properti, dividen skrip, dividen likuidasi, dan dividen saham. Dividen tunai adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk uang tunai, disebut juga dengan dividen kas. Dividen properti adalah dividen dalam bentuk aktiva perusahaan selain kas yang dapat berupa barang dagang, real estate, investasi atau bentuk lainnya yang dirancang oleh dewan direksi. Dividen skrip biasa disebut hutang dalam skrip berarti bahwa perusahaan tidak membayar dividen sekarang tetapi memilih membayarnya pada tanggal di masa depan. Dividen likuidasi adalah dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan, yang menyiratkan bahwa dividen ini merupakan pengembalian dari investasi pemegang saham dan bukan dari laba. Dividen saham adalah pembayaran dividen dalam bentuk saham.
Menurut Martono dan Harjito (2005:253) kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Apabila laba perusahaan yang ditahan dalam jumlah besar, maka laba yang akan dibayarkan sebagi dividen menjadi lebih kecil.
Menurut Sundjaja dan Barliana (2003) terdapat beberapa teori mengenai kebijakan dividen, yaitu teori residu, teori irrelevan, dan teori relevansi.
Teori residu menyatakan bahwa investor lebih menyukai jika perusahaan menahan keuntungan untuk diinvestasikan kembali dibandingkan dengan membagikannya dalam bentuk dividen. Teori residu memnjelaskan bahwa dividen yang dibayarkan oleh perusahaan merupakan sisa setelah dilakukan pembayaran atas kesempatan peluang investasi yang dilakukan.
Pada teori irrelevan, Modigliani dan Miller mengemukakan pendapat bahwa dividend payout ratio (DPR) hanya merupakan bagian kecil dari keputusan pendanaan perusahaan. DPR tidak memengaruhi kekayaan pemegang saham (Martono dan Harjito, 2005:253)
Teori relevansi ini mencoba membantah pendapat ketidakrelevanan pembayaran dividen. Para investor dipengaruhi oleh kebijakan dividen (Martono dan Harjito, 2005:254)
Kebijakan dividen merupakan rencana tindakan yang harus diikuti dalam membuat keputusan dividen. Menurut Sundjaja dan Barliana (2003:390) jenis-jenis kebijakan dividen dibedakan menjadi 3 jenis.
Kebijakan dividen rasio pembayaran konstan adalah persentase dari setiap rupiah yang dihasilkan dibagikan kepada pemilik dalam bentuk tunai.
Kebijakan dividen teratur adalah kebijakan dividen di mana perusahaan mencoba membayar dividen dalam persentase tertentu seperti dividen yang dinyatakan dalam rupiah serta disesuaikan terhadap target pembayaran yang membuktikan terjadinya peningkatan hasil atau kebijakan dividen ini didasarkan atas pembayaran dividen dengan rupiah yang tetap dalama setiap periode.
Kebijakan dividen rendah teratur dan ditambah ekstra merupakan kebijakan yang teratur ditambah denga dividen ekstra jika ada jaminan pendapatan.
Ketika perusahaan menetapkan suatu kebijakan dan memperhatikan sejumlah hal, pertimbangan-pertimbagan ini harus dikaitkan kembali dengan teori pembayaran dividen dan penilaian perusahaan. Menurut Martono dan Harjito (2005:255) terdapat berbagai faktor yang dapat dan harus dianalisis perusahaan dalam praktik ketika melakukan pendekatan terhadap keputusan dividen, yaitu kebutuhan dana bagi perusahaan, likuiditas perusahaan, kemampuan untuk menjamin, pembatasan-pembatasan dalam perjanjian utang, dan pengendalian perusahaan.
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pendekatan kuantitatif.
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksplanasi (explanatory research) yang dirancang untuk menjelaskan hubungan kausal antar variabel. Pada penelitian ini, variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow sebagai variabel bebas.
Subyek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini, yaitu seluruh perusahaan yang listing di Jakarta Islamic Index (JII) periode 2004-2006 yang terdiri dari 48 perusahaan.
Pada penelitian ini sampel ditetapkan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Sampel yang diambil dalam penelitian ini, yaitu semua perusahaan yang listing di Jakarta Islamic Index yang membayar dividen pada periode sampel.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu purposive sampling. Teknik purposive sampling dalam penelitian ini, yaitu perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index periode 2004-2006 secara berturut-turut dan perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang membayar dividen selama tiga tahun berturut-turut.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan dengan memuat kejadian masa lalu. Jenis data yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu data kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data nama perusahaan go public yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index periode 2004-2006 dan laporan publikasi perusahaan untuk tahun 2004-2006.
Analisis Data
Penelitian yang akan dilakukan merupakan jenis penelitian yang menggunakan data kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian, yaitu teknik analisis regresi linear berganda dan pengujian hipotesis. Rumus regresi linear berganda sebagai berikut:
Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+e
Keterangan:
Y = kebijakan dividen
X1= kebijakan utang
X2= kepemilikan institusional
X3= free cash flow
a = konstanta
b = koefisien regresi dari variabel bebas
e = standart error
Salah satu syarat dalam menggunakan model regresi linear berganda, yaitu terpenuhinya uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas data, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji benar tidaknya suatu hipotesa nol (H0) dengan menggunakan suatu pendekatan pengujian statistik yang disebut dengan uji signifikansi. Hasil pengujian akan menghasilkan nilai signifikansi, yaitu nilai t dan nilai F. Ada dua cara yang dilakukan dalam ujisignifikansi, yaitu uji regresi parsialdan uji regresi secara keseluruhan (uji F).
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Variabel utang diukur dengan menggunakan rasio Debt Equity Ratio (DER) yang diukur dengan membagi jumlah utang terhadap modal sendiri. Nilai rata-rata DER perusahaan dari tahun 2004-2006, yaitu 1,31%, 1,31%, dan 1,15%.
Variabel kepemilikan institusional diukur dengan membagi total saham pihak institusi dengan total saham beredar. Nilai rata-rata porsi kepemilikan institusional perusahaan dari tahun 2004-2006, yaitu 68,5%, 64,26%, dan 62,16%.
Data aliran kas bebas masing-masing perusahaan tercermin pada saldo kas perusahaan akhir tahun. Data ditransformasikan ke dalam bentuk semi-log, model semi-log merupakan suatu bentuk fungsional di mana salah satu variabel, yaitu X dinyatakan dalam bentuk In. Nilai rata-rata free cash flow perusahaan dari tahun 2004-2006, yaitu 1.310.774,5, 1.350.982,1, dan 1.397.754,2.
Kebijakan dividen diproksikan dengan dividend payout ratio. Berdasarkan data yang diperoleh dari ICND diketahui nilai rata-rata dividend payout ratio perusahaan dari tahun 2004-2006, yaitu 27,32%, 39,31%, dan 33,68%. Dari data tersebut diketahui bahwa perusahaan dalam membagikan dividen berfluktuatif, artinya masih banyak pertimbangan-pertimbangan yang diambil sebelum membagikan dividen.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh variabel kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow terhadap kebijakan dividen. Analisis dilakukan dengan menggunakan SPSS 13.00 for Windows. Berdasarkan penelitian dapat diketahui persamaan regresinya, yaitu:
Y= 201,110 + 3,738X1 + 0,404X2- 14,224X3+e
Berdasarkan persamaan regresi di atas konstanta dan koefisien masing-masing regresinya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta diperoleh sebesar 201,110. Hasil ini menunjukkan bahwa apabila ketiga variabel independen, yaitu kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow dianggap konstan, maka kebijakan dividen akan sebesar 201,110.
2. Koefisien X1 (kebijakan utang) sebesar 3,738 tidak dapat diinterpretasi karena kebijakan utang tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
3. Koefisien X2 (kepemilikan institusional) sebesar 0,404 tidak dapat diinterpretasi karena kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
4. Koefisien X3 (free cash flow) sebesar -14,224 artinya jika variabel X3 mengalami kenaikan rata-rata 1 rupiah, maka hal ini berakibat pada penurunan Y sebesar 14,224.
5. e merupakan faktor lain di luar rancangan penelitian, artinya bahwa
faktor lain selain kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow yang memengaruhi kebijakan dividen.
Pengujian hipotesis menggunakan regresi berganda dengan melihat output SPSS dengan initial Coefficient untuk hipotesis 1 sampai dengan 3 dan ANOVA
|
|
|
untuk hipotesis 4.
Nilai t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dari setiap variabel independen. Analisis dari setiap variabel independen dapat dilihat pada pengujian hipotesis 1, hipotesis 2, dan hipotesis 3.
Pengujian hipotesis 1 dilakukan dengan menggunakan signifikansi 0.05. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada tabel 1 nilai t hitung 0,602 dengan signifikansi 0.553>0.05. Ini berarti bahwa variabel kebijakan utang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen.
Pengujian hipotesis 2 dilakukan dengan menggunakan signifikansi 0.05. Berdasarkan hasil analisis regresi
faktor lain selain kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow yang memengaruhi kebijakan dividen.
berganda pada tabel 1 nilai t hitung 1,116 dengan signifikansi 0.275>0.05. Ini berarti bahwa variabel kepemilikan institusional tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan utang.
Pengujian hipotesis 3 dilakukan dengan menggunakan signifikansi 0.05. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada tabel 1 nilai t hitung -2,568 dengan signifikansi 0.016<0.05. Ini berarti bahwa variabel free cash flow mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen.
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh persamaan regresi linear berganda secara serentak atau bersama. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan signifikansi 0.05. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada tabel 1 nilai F hitung 2,413 dengan signifikansi 0.089>0.05. Ini berarti bahwa variabel kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen.
Pengaruh Kebijakan Utang terhadap Kebijakan Dividen
Berdasarkan dari pengujian antara kebijakan utang (X1) terhadap kebijakan utang (Y) pada tabel 1 menunjukkan bahwa nilai signifikansi t sebesar 0,553. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan utang (X1) tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap kebijakan dividen (Y).
Variabel Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai koefisien regersi dengan arah positif yang bertentangan dengan arah hipotesis penelitian. Hal ini, menunjukkan bahwa setelah krisis perusahaan memerlukan tambahan dana dalam waktu singkat untuk kegiatan bisnisnya. Perusahaan yang menggunakan dana utang yang tinggi akan membagikan dividen yang tinggi pula. Sebaliknya, pada tingkat utang perusahaan yang menurun, perusahaan akan menurunkan tingkat pembayaran dividen.
Dengan melihat kondisi DER masing-masing perusahaan dapat diketahui bahwa rata-rata perusahaan pada penelitian ini mempunyai angka DER yang tinggi, yang artinya bahwa rata-rata perusahaan sampel lebih menggantungkan utang yang tinggi dalam struktur modalnya. Namun, hipotesis penelitian tidak terbukti dalam penelitian ini.
Tidak berpengaruhnya variabel kebijakan utang terhadap kebijakan dividen disebabkan oleh manajemen perusahaan itu sendiri yang tetap membayarkan dividen walaupun perusahaan mempunyai tingkat utang yang tinggi. Hal ini dikarenakan jika perusahaan menurunkan pembayaran dividen, maka hal ini cenderung mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan mengalami penurunan. Selain itu, kebijakan dividen dianggap sebagai isyarat bagi investor dalam menilai baik buruknya perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan selalu mengusahakan pembayaran dividen yang stabil agar investor tetap menilai baik keadaan perusahaan dan menunjukkan bahwa perusahaan lebih mengutamakan reputasinya di mata investor.
Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Dividen
Berdasarkan pada hasil pengujian antara kepemilikan institusional (X2) terhadap kebijakan dividen (Y) pada tabel 1 menunjukkan bahwa nilai signifikansi t sebesar 0,275. Hal ini mengindikasikan bahwa kepemilikan institusional (X2) tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap kebijakan dividen (Y).
Penelitian ini menyatakan bahwa kepemilikan institusional mempunyai hubungan positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Arah positif menandakan bahwa institusi di Indonesia masih menginginkan stabilitas pendapatan melalui pembagian dividen, karena institusi di Indonesia menginginkan kompensasi atas apa yang telah diinvestasikan pada perusahaan. Oleh sebab itu institusi di Indonesia ingin mendapatkan return yang lebih atas pembagian dividen.
Alasan tidak ditemukannya pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen dikarenakan adanya perangkapan manajemen antara perusahaan sampel penelitian dengan pemilik saham institusional, sehingga antara manajer dan pemilik perusahaan tidak terdapat pemisahan kepentingan. Hal inilah yang menyebabkan tidak terjadinya konflik antara manajer dengan pemilik perusahaan. Tidak terjadinya konflik itulah yang menyebabkan tidak berpengaruhnya kepemilikan institusional terhadap rasio pembayaran dividen.
Pengaruh Free Cash Flow terhadap Kebijakan Dividen
Berdasarkan hasil pengujian antara free cash flow (X3) terhadap kebijakan dividen (Y) pada table 1 menunjukkan bahwa nilai signifikansi t sebesar 0,016. Hal ini mengindikasikan bahwa free cash flow (X) memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Variabel free cash flow (FCF) mempunyai koefisien regresi dengan arah negatif yakni -14,224 yang bertentangan dengan arah hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian menyatakan bahwa pada tingkat free cash flow yang relatif rendah akan mengurangi biaya agen sehingga kebutuhan dari dividen untuk membayar biaya agen menjadi berkurang. Semakin tinggi free cash flow, maka semakin tinggi rasio pembayaran dividen. Namun, dari hasil penelitian diperoleh arah hubungan negatif antara free cash flow dengan kebijakan dividen yang berarti jika free cash flow meningkat, maka rasio pembayaran dividen akan menurun. Hal ini disebabkan karena manajer lebih suka kas yang menganggur yang tercermin dalam free cash flow tersebut diinvestasikan kembali pada proyek-proyek yang memberikan keuntungan yang lebih.
Pengaruh Kebijakan Utang, Kepemilikan Institusional, dan Free Cash Flow terhadap Kebijakan Utang
Berdasarkan pada analisis data pada tabel 1, terbukti bahwa tidak ada pengaruh antara kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow secara bersama-sama terhadap kebijakan dividen. Nilai sinifikansi F sebesar 0,089 lebih besar dibandingkan dengan 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow secara bersama-sama tidak memengaruhi kebijakan dividen.
Tidak ditemukannya pengaruh dari ketiga variabel bebas terhadap kebijakan dividen dikarenakan uji secara parsial dan banyak variabel yang tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Kebijakan utang yang diduga memengaruhi keputusan manajemen dalam membagikan dividen tidak terbukti dalam penelitian ini. Pada penggunaan tingkat utang yang tinggi tidak memengaruhi perilaku manajemen untuk memperkecil rasio pembayaran dividen. Hal ini dikarenakan jika perusahaan menurunkan pembayaran dividen pembayaran dividen, maka cenderung mengindikasikan kinerja perusahaan mengalami penurunan. Selain itu, kebijakan dividen dianggap sebagai isyarat bagi investor dalam menilai baik buruknya perusahaan. Hal ini juga mengindikasikan bahwa beban utang dan bunga tinggi tidak memengaruhi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada investor menjadi rendah.
Kepemilikan saham oleh pihak institusi juga tidak memengaruhi besar kecilnya pembayaran dividen yang diambil oleh manajemen perusahaan. Hal ini dikarenakan kepemilikan saham institusional oleh perusahaan-perusahaan pada penelitian ini dimiliki oleh perusahaan asosiasi, di mana perusahaan asosiasi tersebut masih bagian dari perusahaan yang bersangkutan. Hal ini juga mengakibatkan adanya perangkapan manajemen oleh pemilik, sehingga tidak terdapat pemisahan kepentingan antara manajer dan pemilik perusahaan. Dengan demikian, tidak terjadi konflik antara manajer dan investor. Tidak terjadinya konflik itulah yang menyebabkan tidak berpengaruhnya kepemilikan institusional terhadap rasio pembayaran dividen.
Selain dikarenakan banyak uji secara parsial yang tidak menemukan pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel teirkatnya, uji secara simultan untuk mengetahui pengaruh kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow terhadap kebijakan dividen bisa diketahui dengan melihat angka R square yang hanya bernilai 0,218, yang berarti variabel kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow hanya memberikan pengaruh sebesar 21,8%, sedangkan 78,2% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, menyebabkan tidak ditemukannya pengaruh antar variabel kebijakan utang, kepemilikan institusional, free cash flow terhadap kebijakan utang.
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian dilakukan untuk menguji pengaruh kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada periode 2004-2006 dengan mengambil sampel perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index dapat diperoleh beberapa kesimpulan. Kebijakan utang tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Free cash flow berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Kebijakan utang, kepemilikan institusional, dan free cash flow tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Saran
1. Bagi investor
Investor yang akan menanamkan modal kepada suatu perusahaan dan ingin memperoleh tingkat pengembalian seperti yang diharapkan sebaiknya tidak hanya mendasarkan keputusan pada rasio pembayaranb dividen saja, namun perlu memperhatikan faktor lain, seperti prospek perusahaan.
2. Bagi manajer
Manajer seharusnya selalu mempertimbangkan dengan baik mengenai kebijakan dividen dan mengelola perusahaan dengan baik agar perusahaan dapat berkinerja dengan baik.
3. Bagi penelitian selanjutnya
Peneliti dapat menambah variabel lain yang memengaruhi kebijakan dividen karena semakin banyak variabel yang diteliti, maka hasilnya akan semakin representatif. Selain itu, peneliti juga dapat menambah jumlah sampel yang akan direliti tanpa menggunakan kriteria tertentu dan memperluas tahun penelitian, sehingga dapat menguji konsistensi variabel-variabel dalam penelitian dengan waktu yang berbeda.
DAFTAR RUJUKAN
Almilia, Spica dan Meliza Sylvi. 2006. Analisis Kebijakan Dividen dan Kebijakan Leverage terhadap Prediksi Kepemilikan Manajerial dan Teknik Analisis Multinomial Logit. Jurnal Akuntansi dan Bisnis
Baridwan, Zaki. 1996. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE
Brigham dan Houston. 2001. Manajemen Keuangan Buku I. Jakarta: Erlangga
Gunarsih, Tri. 2004. Masalah Keagenan dan Strategi Diversifikasi. Kompak Nomor 10. hal. 52-69
Hatta, Atika Jauhari. 2002. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebijakan Dividen: Investigasi Teori Stakeholder. JAAI vol. 6 no. 2 Desember 2002
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 1998. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Kieso, Donald E., dkk. 2002. Akuntansi Intermediate. Jakarta: Erlangga
Martono dan Harjito. 2007. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE
Nuruingsih, Kartika. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, ROA, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen: Studi 1995-1996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia
Pradessya, Pandu. 2006. Pengaruh Insider Ownership, Dispersion of Ownership, Free Cash Flow Collaterizable Assets dan Tingkat Pertumbuhan terhadap Kebijakan Dividen. Skripsi Universitas Islam Indonesia
Putri, Imanda Firmantyas dan Mohammad Nasir. 2006. Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Utang, dan Kebijakan Dividen dalam Perspektif Teori Keagenan. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.
selamat malam. maaf ganggu. saya mendapat tugas statistika untuk melakukan percobaan dengan menggunakan regresi berganda,apa saya boleh meminta data yang anda gunakan untuk saya guenakan kembali dalam tugas saya? terimakasih
BalasHapus